Lihat ke Halaman Asli

Nana Marcecilia

TERVERIFIKASI

Menikmati berjalannya waktu

Mindset Modern yang Sesat

Diperbarui: 15 November 2019   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi mindset yang masih kolot di tengah arus yang semakin modern (Ilustrasi: www.peoplematters.in)

Kalau orang kebanyakan sudah tahu cerita tentang Bumi Manusia, saya baru tahu ketika ada filmnya. Tapi saya tidak berkesempatan menonton film tersebut.

Beberapa hari belakangan, saya merasa perlu membaca tulisan karya Pramoedya Ananta Toer, kalau kata adik saya, tulisan beliau lah pedoman para penulis. Akhirnya saya beli lah buku Bumi Manusia, edisi pertama dari Tetralogi Buru. 

Awal membaca saya merasa bosan bukan main, bahasanya sungguh filsafat sekali. Kemudian, suami berkata "coba dibaca, jangan kau pelihara mood kau itu", dengan malas saya membaca, kemudian saya tutup lagi.

Saya pun malah menonton YouTube tentang Soekarno dengan judul "Harga Diri Diinjak, Soekarno Damprat Marahi Presiden Amerika sampai Takut", kemudian setelah menonton itu, lanjut ke judul "Kisah Hidup para Nyai, Istri Simpanan Era Pergundikan Masa Kolonial Belanda". Dari tontonan tersebut, saya teringat tulisan kompasianer yang menyebut nama Nyai Ontosoroh dalam film Bumi Manusia.

Saya pun kembali membaca buku Bumi Manusia, perlahan saya seperti dibawa ke masa ketika Belanda menjajah Indonesia. Baru 89 halaman saya baca, namun hati saya begitu tersayat-sayat membacanya. Bukan karena pesan yang diceritakan dari buku tersebut, karena saya baru membaca intronya saja. Akan tetapi tersayat karena bangsa kita ditanamkan untuk tidak menyukai bangsa kita sendiri.

Sempat saya terheran dengan tulisan kompasianer yang mengatakan bangsa kita masih tertanam untuk melihat orang bule itu adalah "majikan". Hal yang ditanamkan sedari zaman kolonial Belanda. Pertanyaan di kepala saya kemudian, "Bagaimana cara mereka menanamkan hal tersebut pada diri nenek moyang kita, sampai kita juga bisa terbawa?"

Setelah menonton dua judul dan dilanjutkan membaca beberapa halaman Bumi Manusia, bukan main rasanya kagum sekali pada cara penjajah yang begitu merendahkan bangsa kita di kala itu, hingga rasanya menjadi orang asli di tanah sendiri begitu malu dan kecil bila berhadapan dengan mereka.

Zaman sudah modern, kita sudah merdeka, Belanda pun menyediakan beasiswa untuk orang Indonesia sebagai permintaan maaf nenek moyang mereka pernah menjajah dan memperlakukan bangsa kita begitu semena-mena. Namun, kita sendiri masih membawa mindset orang lama.

Contoh, ketika SMA, teman saya sempat mengatakan, "Na, kawin sama orang bule, jangan sama orang kita, supaya memperbaiki keturunan, ga pendek ma sipit kayak kita". Kemudian, ada teman lain yang juga mengatakan, "Ih, Na, mendingan nanti kita cari bule, biar ga miskin lagi."

Sedangkan kakek saya memiliki prinsip, "Sebagus-bagusnya negara orang, tetap lebih baik negara sendiri. Sebelis-belisnya orang sendiri, tidak lebih baik dari orang luar."

Kuno, itulah pikiran yang ada di kepala saya saat itu. Tapi ternyata pemikiran kakek saya lah yang lebih modern ketimbang saya. Bagaimana tidak, kita sudah merdeka kok, tapi mindset-nya kok malah mengelu-elukan negara lain, dan mengecilkan bangsa kita sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline