Lihat ke Halaman Asli

Riba dalam Islam dan Paradoks

Diperbarui: 19 April 2016   19:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Riba dalam Islam

Islam dengan tegas melarang riba.  Tidak ada toleransi dalam islam untuk melakukan riba. Hadits pun menjelaskan tentang madlarat-madlarat riba yang kelak di akhir zaman akan merajalela, yang membuat orang kaya semakin kaya sedangkan orang miskin semakin miskin.

Dalam alquran surat albaqarah disebutkan :

Dan orang-orang yang memakan riba tidak dapat tegak kecuali sebagaimana tegaknya seseorang yang syaitan berbicara dengannya karena kegilaan …… (QS al-baqarah : 275)

Dalam ayat tersebut disebutkan bahwa orang-orang yang memakan riba tidak akan dapat tegak. Bilamana orang-orang yang memakan riba terlihat dapat  tegak, maka mereka tegak karena syaitan akan berbicara dengannya. Hal itulah yang diterangkan oleh ayat alquran di atas. Jadi  orang-orang yang memakan riba  (rentenir) berfungsi sebagai corong pembicaraan bagi syaitan kepada masyarakat manusia.

Apa yang dikhotbahkan oleh syaitan kepada manusia melalui kaum pemakan riba adalah sebagaimana disebutkan dalam ayat-ayat sebelumnya di dalam surat yang sama :

Syaitan menjanjikan kepadamu kefakiran dan memerintahkan kepadamu dengan kekejian, sedangkan Allah menjanjikan kepadamu ampunan dan keutamaan, dan Allah maha Luas lagi maha Mengetahui (QS al-baqarah : 268)

Yang disampaikan syaitan kepada manusia  melalui orang-orang pemakan riba adalah janji-janji kefakiran dan perintah kekejian. Syaitan memperlihatkan kefakiran kepada masyarakat bila tidak mengikuti sistem riba, dan juga memerintahkan dengan kekejian untuk menegakkan sistem riba. Masyarakat dunia telah menyaksikan bagaimana sistem riba telah ditegakkan dengan kekejian dan mempertakuti manusia dengan kefakiran.

Seorang presiden di afrika harus terbunuh  karena bermaksud untuk membuat sistem perbankan tanpa bunga di negerinya. Masyarakat Libya pada zaman presiden Muammar Khadafi telah dapat hidup dengan layak, menikmati layanan pendidikan dan kesehatan dengan cuma-cuma,  mempunyai saluran-saluran air yang memadai bagi masyarakat di gurun, dan deretan fasilitas lainnya. Saat ini Libya dalam keadaan kacau tidak menentu karena syaitan menghancurkan negara yang akan menegakkan sistem perbankan tanpa bunga, melalui tangan manusia.

Pada kurun sebelumnya, perang yang melibatkan hampir seluruh negara-negara di dunia telah terjadi karena adanya sistem perbankan tanpa riba. Adolf Hitler yang berencana membuat sistem perbankan tanpa bunga di negaranya harus mengamuk kepada kaum yahudi yang merupakan penguasa-penguasa perbankan di dunia. Entah apa yang menyebabkan Adolf Hitler menghancurkan kaum Yahudi hingga sedemikian, bahkan dia meninggalkan sebuah catatan tentang yahudi yang berbunyi kira-kira demikian : Saya bisa saja menghabiskan seluruh yahudi di dunia, tetapi saya tinggalkan sedikit bagi kalian agar kalian kelak bisa mengetahui siapa mereka.

Hal itu menjadi contoh bagi generasi jaman sekarang, bagaimana kekejian yang dibuat oleh syaitan untuk menegakkan sistem riba. Begitu pula tentang janji-janji kefakiran tanpa sistem riba. Kita tidak dapat membayangkan  apa usaha yang dapat dilakukan tanpa melibatkan riba. Seseorang tidak akan mampu mendapatkan modal untuk bersaing dalam suatu usaha tanpa melibatkan perbankan.   Bahkan koperasi yang  pada awalnya dimaksudkan untuk memperoleh modal usaha tanpa riba, saat ini secara ironis lebih banyak terjatuh pada usaha riba itu sendiri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline