Lihat ke Halaman Asli

Nabilla DP

Blogger

Energi Positif Menjadi Kunci Kehangatan Keluargaku

Diperbarui: 15 Agustus 2018   20:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Momen bahagia di awal tahun 2018 (dokumen pribadi)

Saya memiliki salah satu prinsip dalam keluarga yakni family sticks together. Selama satu setengah tahun saya, si kecil Mahira dan suami telah menjalani Long Distance Family (LDF) dan hm..., rasanya saya hanya ingin menjadikan pengalaman itu sebagai yang pertama dan terakhir. Pejuang LDF pasti paham ya rasanya hehe. 

Jelang tahun ketiga pernikahan ini, beberapa kendala dalam LDF ataupun LDM seperti komunikasi yang serba terbatas, campur tangan keluarga yang terlalu dalam, hingga terkadang rasa stres yang datang, semua itu membuat keluarga kami menjadi tidak sehat. Kalau sudah begitu, pikiran-pikiran negatif jadi tidak terbendung. Akibatnya, hubungan kami berdua tidak lagi sehangat seperti di awal pernikahan.

Langkah Awal Memulihkan Keceriaan Keluarga

Saya sempat bertukar pikiran dengan seorang teman yang berprofesi sebagai psikolog keluarga. Dia mengatakan kepada saya ada sebuah riset mengenai pernikahan bahwa tiga tahun pertama adalah masa-masa yang paling berat. Kuncinya adalah kerjasama dan komunikasi dengan pasangan, harus satu visi. 

Ia menambahkan pula bahwa ada baiknya untuk memperbaiki cara pandang. Ia mengibaratkannya dengan membersihkan jendela yang kotor. Jika jendela rumah kita saja tidak jernih, apapun pandangan di luar akan selalu tampak buram.

Ah, betul juga, gumamku.

Sumber gambar: pinterest, sumber konten: percakapan dengan teman yang berprofesi sebagai psikolog keluarga

Dia juga memberi saran untuk segera tinggal seatap dan banyak melakukan aktivitas bersama-sama. Misalnya berlibur bersama suami dan anak, pokoknya melakukan hal-hal yang menyenangkan dan membuat keluarga menjadi lebih hangat dan ceria.

Tepatnya awal Oktober 2017 lalu, akhirnya saya memutuskan untuk menikuti suami saya di Kota Malang. Alhamdulillah, memang tinggal serumah membuat segalanya lebih baik. Kami bisa kembali masak bersama di dapur, menonton film di malam hari saat si kecil sudah tertidur, bermain bertiga sama si kecil, dan tentu saja olahraga dan liburan bersama. 

Saya dan suami sepakat bahwa sebisa mungkin kami mengusir energi-energi negatif yang melelahkan batin. Selain itu, kami juga beritikad untuk mengatur hidup agar lebih seimbang, agar tidak mudah stres dan lelah. Suami menyanggupi saranku untuk refreshing di dalam kota paling tidak 2 minggu sekali dan jika ada anggaran lebih, suami juga sepakat untuk berlibur di luar kota.

Menjaga Kehangatan Keluarga dengan Berlibur di Pantai

Kebetulan Malang dekat dengan berbagai destinasi wisata, serta tidak jauh dari beberapa lokasi pantai selatan yang menawan. Saya segera meminta suami untuk meluangkan waktu dengan berlibur ke pantai. Kali terakhir saya mengunjungi pantai di Malang adalah pada tahun 2013, saat itu jalan masuk ke beberapa pantai masih susah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline