Lihat ke Halaman Asli

Madinah Al-Fadhilah bagi Pemerintahan Menurut Al-Farabi

Diperbarui: 30 Oktober 2019   12:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Nama lengkapnya Abu Nasr Muhammad ibn Muhammad ibn Takas ibn Auzulagh, yang dilahirkan di Utrar (Farab) pada tauh 257 H, dan orang eropa mengenalnya Alpharabius. Al-Farabi adalah seorang filsuf islam yang paling banyak membicarakan masalah kemasyarakatan, meskipun bukan orang yang berkecimpung langsung dalam urusan kemasyarakatan. Ia menyatakan manusia adalah mahluk sosial yang mempunyai kecenderungan alami untuk bermasyarakat.

Al-Farabi menyatakan, sebagaimana dinyatakan oleh Plato bahwa bagian suatu negara sangat erat hubungannya dengan satu sama lain san saling bekerja sama. Sehingga ia memiliki pandangan mengenai Negara utama (Madinah Al-Fadhilah), dimana ia mempunyai warga yang berfungsi dan kemampuan yang tidak sama dengan yang lainnya dan berdasarkan pada kemampuannya yang dijiwai oleh rasa setia kawan dan kerja sama yang baik.

Dan kepala negaranya, haruslah seorang filsuf yang mendapatkan kearifan melalui pikiran dan rasio, ia haruslah seorang pemimpin yang arif dan bijaksana. Karena disini, tanggungjawab seorang kepala negara untuk mempertahankan wilayah, dan memakmurkan rakyatnya serta memperoleh kebahagiaan yang hakiki dan berhubungan dengan rohani.

Disamping adanya teori negara utama, ada juga lawan daripada itu yaitu negara rusak yang memiliki 4 macam, yaitu:

1. Negara bodoh (Madinah Al-Jahilah) yaitu ukuran kebahagiaanya dari segi materi, dengan hilangnya harta, kekayaan, jabatan mereka akan merasa sengsara. Tidak tidak merasakan kebahagiaan yang sebenarnya, yaitu kebahagiaan ruhani.

2. Nagara fasik (Madinah Al-Fasiqah) yaitu mereka mengetahui hakikat kebahagiaan itu apa, dari siapa dan bagaimana, namun perilaku penduduknya sama seperti negara bodoh.

3. Negara sesat (Madinah Ad-Dholalah) yaitu penduduk negara yang memiliki pemikiran yang salah mengenai Tuhan, bahkan kepala negaranya menganggap dirinya menerima wahyu dan menipu warganya serta dirinya sendiri.

4. Negara yang berubah (Madinah Al-Mutabaddilah) yaitu negara yang pada awalnya negara utama, dengan seiring perkembangan zaman, berubah dan terjadi kerusakan dalam berfikirnya.

Namun bentuk pemerintahan yang dirancang oleh Al-Farabi hanyalah bersifat teoritis dibandingkan realistis. Dan pemikirannya dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada saat itu yang mana terjadi banyak pemberontakan dan pertentangan pada masa dinasti Abbas.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline