Lihat ke Halaman Asli

Catatan perjalanan ke Gua Maria Nusakambangan

Diperbarui: 24 Juni 2015   12:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salam sejahtera bagi siapa saja yang memuliakan Tuhannya dengan mengasihi sesamanya tanpa limit... Seturut pengalaman berkunjung ke Gua Maria Nusakambangan, saya akan berbagi tips yang mungkin bisa digunakan bila ada teman-teman dari komunitas Katolik yang akan berkunjung ke sana. Ini adalah 'main-main' pertama kali saya ke gua Maria yang konon sudah dibuka sejak 2002, walau saya adalah putra asli Cilacap dengan 100% berstatus ngapakers. Diawali dari jam 07.00 pagi 25 Mei 2013 sehari sebelum pilgub Jateng, perjalanan dimulai dari penyeberangan Sleko Cilacap dengan kapal motor kayu bermesin buatan China.

Yang memakai tongkat adalah Romo Pak Yadi

Duduk di bagian belakang (karena depan dan tengah telah penuh dan di bagian tengah yang teduh karena diberi peneduh) diisi oleh bapak-bapak dan ibu-ibu dan mayoritas berusia lanjut. Sungguh awalnya tersiksa merasakan getaran mesin dan bising suaranya plus bonus asap knalpot. Tapi semua sirna saat di 'service' Tuhan dengan ciptaanNya sepanjang 2-3jam perjalanan ke tujuan. Hamparan hutan mangrove yang sebenarnya tidak sempurna karena pembalakan, sangat menakjubkan. Apalagi kalau hutannya masih belum dirusak, pasti sangat sangat mengagumkan. Beberapa fauna Aves terbang dan hinggap di ranting-ranting mangrove (orang lokal bilang pohon tancang). Bahkan sempat melintas burung Alap-alap yang di masa kecilku sering terbang berkelompok mencari merpati yang sedang apes atau menyambar unggas piaraan. Mungkinkah 'Gank Terbang' ini semakin langka karena 'razia' ? Malah gank motor yang merajalela.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline