Lihat ke Halaman Asli

Mutia AH

Penikmat Fiksi

Televisi Rusak dan Ayahku

Diperbarui: 19 Desember 2020   18:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Pixabay.com

Televisi Rusak dan Ayahku

di ruang tamu rumahku
sunyi

tak ada kegaduhan
dari dua kubu yang berseberangan
adu pandangan
sebuah kebenaran

hanya ada ayah
leyeh-leyeh di bawah kipas angin sambil menikmati kopi

Ia seperti pemburu 

kehilangan senapan 

tak bersenjata juga kuasa

padahal sehari sebelum ini
Ia sering menembak
mereka yang duduk di kursi-kursi
di kantor-kantor
di jalan-jalan
bahkan di tempat-tempat sakral

"Semua sama, berani bicara saat di bawah panggung. Setelah tiba gilirannya ia menjadi wayang-wayang tanpa hati," teriaknya di akhir acara atau jeda pariwara.

"Penyakit Lupa memang berbahaya. banyak manusia lupa Tuhan-nya," lanjutnya setelah menghisap dalam nikotin dalam rokok lintingan.

Ah, ayah.
Kau pun lupa bahwa suaramu hanya angin lalu
berharga ketika berada di bilik suara
setelahnya hanya tangga yang tak berguna
setelah Lift menggantikan perannya

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline