Lihat ke Halaman Asli

(Guyon) Apakah Kamu Kemudian...

Diperbarui: 24 Juni 2015   04:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humor. Sumber ilustrasi: PEXELS/Gratisography

Salah satu alasan kenapa  saya lama tidak ngompasiana adalah saya sedang memperbanyak menonton tivi. Apa yang sebenarnya kemudian membuat saya sangat serius menonton tivi? Apa yang kemudian menjadi tujuannya? Dan apa yang kemudian saya dapatkan dari kegiatan itu?

Saya banyak menonton tivi karena ingin pintar.  Dan benar rupanya belakangan ini saya menemukan tren baru dalam berbahasa lisan. Saya menemukan satu kata yang sangat sangat sering dipakai oleh politisi, pejabat, para pengamat, juga para pembawa acara tivi. Jikalau ada orang penting berbicara tanpa menggunakan kata ini akan tampak bodoh di mata saya.  Sekali lagi di mata saya, yang mulai kelilipan serpihan kaca tivi tabung.

Kata itu adalah "kemudian". Nah kemudian setelah saya merasa bisa niru-niru gaya mereka, hasilnya kemudian saya berani ngompasiana.  Malam ini kemudian saya menulis adalah untuk pamer kepada pembaca kalau kemudian saya ini sekarang lebih pintar.  Adapun kemudian jika ada pembaca yang tidak menganggap saya pintar, merekalah yang kemudian saya anjurkan untuk memperbanyak menonton tivi.  Jangan kemudian ngompasiana melulu. Bukankah ngompasiana masih gratis tidak dibayar? Terus kemudian apa yang membuat mereka betah?

Seandainya kemudian tulisan pamer saya ini dibaca banyak orang dan dikomentari banyak orang, saya hanya mohon komentar yang santun.  Jangan kemudian mengolok olok gaya bahasa saya.  Karena si pengolok olok inilah yang kemudian akan saya sarankan untuk banyak-banyak menonton tivi dulu.  Supaya kemudian bisa mengacungkan jempol kepada saya.

Setelah menulis postingan ini, saya akan mengusulkan agar Kompasiana kemudian mempertimbangkan untuk memberi bayaran kepada para penulisnya. Kalaupun sekarang belum mampu, ya...bolehlah nanti dikasih uang pensiun. Wong kata tivi anggota DPR saja yang koruptor masih mendapatkan uang pensiun, masak sih kemudian para penulis gratisan yang jarinya pada gempor tidak kemudian mendapatkan pensiun? Apakah tidak kemudian menjadi lakon yang lucu?

"Mau tanya. Apakah kemudian yang akan kamu lakukan? Apakah kemudian kamu mau potong tangan? Apakah kemudian kamu mau gantung diri ditiang jemuran?"

"Saya mau makan siang"

"Benar rupanya kemudian kamuedian tenan!!"




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline