Lihat ke Halaman Asli

Berhenti atau Bertahan?

Diperbarui: 1 Agustus 2018   14:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

www.viva.co.id

Kupaksakan menjadi jaminan tulisan ini terangkai, cukup lama jemari tak merangkai sebuah tulisan, waktu begitu banyak, cuma secangkir kopi yang siap menemani hampir disetiap harinya. B

anyak hal yang ingin ditulis, bahkan seringkali sudah mulai dalam proses menulis, tapi entah kenapa kerap kali terhenti dan tak terselesaikan. Kira-kira begitulah hidup, memilih untuk berhenti atau bertahan dalam harapan. 

Berhenti bukan berarti tak bergerak kembali, berhenti bukan berarti tak punya harapan, berhenti berarti memilih untuk tidak melanjutkan harapan yang lama dan memulai dengan harapan yang baru. 

Coba kita mengingat dengan melihat kebelakang tentang kisah hidup kita, pernahkah kita mempunyai harapan dan akhirnya terhenti, harapan tentang apa saja, bisa pendidikan, hadiah, sosial, cinta dan lain sebagainya, tapi akhirnya kehidupan tetap terus berlanjut. 

Kita mungkin berhenti karena memilih dengan berbagai macam alasan, bisa alasan yang bernada pesimis seperti melihat peluang harapan yang kecil dan akhirnya memilih pada zona nyaman atau mungkin memang alasan yang bernada optimis dengan melihat harapan baru yang menurut logika memang lebih baik. 

Seperti kisah seorang siswa yang berharap untuk bisa melanjutkan ke Universitas A, tapi akhirnya berada dalam posisi memilih untuk berhenti atau bertahan dalam harapan. 

Memilih untuk berhenti di Universitas B dan membuat harapan baru disana, atau terus bertahan dalam harapan dengan upaya yang lebih keras agar bisa masuk di Universitas yang diinginkan. Atau kisah seorang remaja yang berharap mendapatkan kekasih sesuai dengan segala kereterianya namun akhirnya berada dalam posisi memilih untuk berhenti atau bertahan dalam harapan, memilih berhenti dengan pilihan yang kurang sesuai dengan harapannya atau bertahan dalam harapan berupaya lebih baik untuk mendapatkan yang dinginkannya.

Tekanan dalam arti luas menjadi faktor yang dominan dalam mengambil keputusan. Tekanan bisa datang dari mana saja dan dalam bentuk apa saja, ucapan orang, role model, dan lain sebagainya. Tapi tetap kemampuan berfikir dan merasakan lah yang menjadi penentu dalam mengambil keputusan yang terbaik. 

Mari belajar bersama untuk meningkatkan kemampuan berfikir dan merasakan. Melihat persoalan bukan hanya dari satu sudut pandang, semakin banyak sudut pandang yang mampu kita ketahui, tentu semakin baik keputusan yang kita ambil. 

Tetap semangat dalam menjalani hidup, tetap tersenyum hatinya dalam situasi apapun dan ketenangan adalah awal menjalani kehidupan yang terbaik. Kenapa bukan bahagia menjadi awal yang terbaik, karena terlalu banyak orang yang salah kaprah mengartikan kata "sakinah" adalah kebahagian.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline