Lihat ke Halaman Asli

Muna Dewi

Ordinary person

Ibuku Aset Berhargaku

Diperbarui: 16 November 2019   21:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Ibu saya seorang single parent dengan 2 anakSaya  dan adik laki-laki saya. 

Keluarga kami adalah keluarga sederhana. Untuk menyambung hidup, ibu berjualan apa saja yang bisa dijualnya. Mulai dari sembako, pakaian, agen beras dan beragam jenis barang lainnya. Prinsip ibu hanya satu, semua jenis barang yang bisa dijual akan dijualnya. Tentu dengan cara yang halal dan tidak mencurangi orang lain. 

Sebagai tulang punggung dan satu-satunya sumber pendapatan keluarga, ibu bisa dikatakan sedikit keras mendidik kami. Jarang kami bisa bermanja-manja dengan ibu. Uang jajan pun hanya diberikan seadanya. Cukup untuk tidak merasa minder dengan anak-anak lain, ketika ibu pergi berjualan. 

Ketika kecil, tidak ada mainan mewah yang dibelikan ibu buat kami. Saya dan adik yang jaraknya lima tahun, cukup puas dengan mainan tradisional anak kampung. Membuat gasing, bermain masak-masakan, main petak umpet, mandi ke sungai, mengejar layangan, itulah sebagian kecil jenis permainan yang saya dan adik saya sering mainkan. 

Meski hidup dalam keterbatasan dengan sifat ibu yang sedikit keras, sesekali kami masih bisa bercanda dengan ibu. Momen-momen seperti itu terjadi biasanya ketika hasil jualan ibu menuai untung yang lumayan besar. Istilah ibu, rejeki naga. 

Ibu gak akan segan-segan membawakan makanan kesukaan kami, yaitu martabak atau putu bambu sebagai oleh-oleh dari berjualan. Kalau sudah begitu, bukan main senangnya hati kami berdua. Diantara gelak tawa, kami bertiga saling berebut makanan favorit tersebut. Sangat membahagiakan. 

Banyak hal yang saya kagumi dari sosok ibu. Selain memiliki mental pekerja keras, tahan banting, jujur dan jeli melihat peluang, bisa dikatakan ibu juga memiliki raga yang sangat sehat. Sangat jarang kami menemukan ibu sakit ataupun mengeluhkan kondisi tubuhnya yang kerap bepergian untuk berdagang. Padahal nyaris setiap hari ibu keluar rumah untuk berdagang. 

Mungkin kondisi ibu seperti itu adalah salah satu bentuk kasih sayang Tuhan kepada kami, terutama ibu yang harus terus mencari nafkah agar dapur di rumahnya tetap ngebul dan anak-anaknya bisa makan dan menempuh pendidikan, selayaknya anak di keluarga lainnya. 

Waktu terus berlalu...

Saat ini, saya dan adik saya sudah mandiri secara ekonomi. Meskipun mungkin tidak semapan orang lain tapi paling tidak, saya dan adik sudah bisa sedikit demi sedikit menabung untuk masa depan kami masing-masing.

Saya dengan pekerjaan saya dan adik dengan pekerjaannya juga. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline