Lihat ke Halaman Asli

Fenomena di Balik Meningkatnya Semangat Ke-Islaman Kaum Muda

Diperbarui: 30 Desember 2018   01:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(pxhere.com)

Belum lama ini saya baru saja bertemu dengan seorang teman lama. Cukup lama kami tidak pernah bertemu, karena menjalani kehidupan masing-masing kami harus terpisahkan. Hingga pada saat kami bertemu banyak yang sudah berubah, raut wajah yang mulai mengerut, jumlah keluarga yang semakin bertambah,  hingga perubahan dalam sikap dan pemikiran.

Teman saya yang satu ini saat ini terlihat lebih religius. Selalu melaksanakan shalat tepat waktu dan selalu menyengajakan melaksanakan shalatnya di mesjid. Ketika berbicara pun selalu dipenuhi dengan kata-kata yang religius. Sikap yang jauh berbeda bila dibandingkan beberapa tahun yang lalu.

Mungkin teman saya ini bukanlah satu-satunya yang mengalami peubahan seperti itu. Saat ini sedang marak fenomena orang "berhijrah", mereka lebih religius, serta lebih taat dari sebelumnya. Tak jarang pula ditandai dengan dikenakannya pakaian-pakaian dan atribut yang mengambarkan kereligiusan mereka. Yang laki-lakinya tampil dengan baju gamisnya, dan yang perempuannya juga tampil dengan hijab syar'inya. 

Hal ini bukan hanya terjadi pada orang biasa, di kalangan artis pun terjadi hal yang sama. Banyak para artis yang tadinya glamour dan tampil urakan, sekarang terlihat shaleh dan tentu dengan pakaian dan atribut syar'inya. 

Fenomena itu juga diikuti dengan bermunculannya para penceramah muda yang mampu menarik simpati kaum muda. Di mana pun para penceramah itu tampil selalu didatangi beribu-ribu kaum muda yang ingin mendengarkan ceramah mereka. 

Di media sosial, banyak akun-akun para penceramah tersebut selalu diikuti ribuan pengikut, tiap kali mereka mem-posting tulisan mereka, saat itu juga ribuan like dan komentar membanjiri. 

Ada juga yang membentuk komunitas-komunitas tertentu. Entah itu komunitas dalam atribut (kewajiban untuk berhijab misalnya), ataupun komunitas dalam berperilaku (menjauhi pacaran misalnya). 

Apakah ini suatu pertanda bahwa orang-orang terutama kaum muda milenial saat ini sedang mengalami kesadaran beragama lebih tinggi. Atau ada fenomena lain di balik itu. Mungkin jawabannya tidak mudah.

Ada banyak kritikan dari berbagai kalangan yang melihat konten-konten ceramah yang disampaikan para da'i yang marak saat ini cenderung terlalu tekstual. Juga ditambah dengan kualitas keilmuan para da'i tersebut yang sering masih dipertanyakan. 

Ada orang yang baru saja beberapa tahun jadi mu'alaf tiba-tiba saja menjadi da'i yang digandrungi banyak orang. Ada juga orang yang berlatarbelakang suram dan bertobat tiba-tiba juga menjadi da'i. Ada juga seorang artis yang kehidupan dahulunya jauh dari kehidupan religius tiba-tiba juga jadi da'i. 

Persisnya mereka-mereka para da'i yang banyak digandrungi banyak orang itu, tidak memiliki latar belakang tradisi keilmuan yang memadai. Atau kasarnya mereka tidak pernah belajar agama di pesantren. Bagi beberapa kalangan, latar belakang kepesantrenan bagi seorang da'i adalah menjadi dasar penilaian dari baik atau tidaknya kualitas keilmuan seorang da'i.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline