Lihat ke Halaman Asli

Teroris Dilarang Masuk Dayah

Diperbarui: 26 Juni 2015   16:59

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Keberadaan dan penyergapan teroris di Aceh, telah mengusik kedamain yang sedang dibina, dan menjadi rentetan berita “panas” pasca kasus Bank Century. Memang perdamain Aceh masih sangat rapuh. Kerapuhan perdamain Aceh sangat dipengaruhi oleh dua faktor. Faktor pertama adalah menyangkut komitmen kedua belah pihak (RI-GAM) dalam menjalankan amanah MoU Helsinki dan UU Pemerintah Aceh dengan segenap instrumen hukum lainnya yang belum turun-turun. Faktor kedua adalah kerapuhan perdamaian Aceh ditentukan oleh pihak luar, seperti terorisme dan bentuk gerakan kekerasan sipil lainnya di Aceh.

Mau tak mau, berbicara terorisme di Aceh. Pihak luar, terutama tokoh-tokoh nasional akan memberi perhatian lebih intensif terhadap elemen lembaga sipil di Aceh. Terutama lembaga Dayah. Dayah sebagai lembaga pendidikan, sosial dan keagamaan. Memiliki “kesamaan” dengan Pesantren di Jawa. Di Jawa, menurut beberapa catatan penelitian, Pesantren menjadi “modal semangat” awal dari gerakan terorisme.

Karena kesamaan fungsi itu. Kita khawatir nantinya, bila tokoh nasional, peneliti atau pemerintah “menuduh” lembaga Dayah di Aceh memiliki relasi dengan terorisme. Untuk itu, langkah Wakil Gubernur Aceh Muhammad Nazar, perlu diberi apreasi mendalam oleh semua elemen Dayah. Karena Wagub telah menyampaikan kepada publik bahwa Dayah di Aceh tidak mengenal gerakan radikal (pembunuhan dan kekerasan) dalam sejarahnya.

Pada saat yang sama, Tgk M Luthfi sebagai pemimpin salah satu Dayah terbesar di Aceh Besar telah menyampaikan bahwa tidak ada terorisme di Aceh. Menurutnya Islam tidak membenarkan kekacauan dan kekerasan. Kemudian menurut Tgk Muslim, pimpinan Dayah Darul Mujahin Blang Weu Panjoe, Lhokseumawe, yang pernah menjadi pusat pelatihan puluhan relawan jihad untuk dikirim ke Palestina awal 2009 lalu. Mengatakan bahwa kelompok bersenjata yang diburu polisi di Aceh Besar merupakan kelompok yang bertujuan untuk merusak damai dan mengganggu pelaksanaan syariat Islam. Kelompok ini ingin membuat image Aceh tercoreng di mata masyarakat internasional dengan isu teroris (sumber: www.acehkita.com).

Memang harus diakui bahwa menjadikan Aceh sebagai lokasi pelatihan teroris, ditambah isu untuk dijadikan tempat latihan terbesar di Asia Tenggara, mengakibatkan tingkat ketentraman warga Aceh kembali menurut. Menurut Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf, rencana awal kelompok teroris memang ingin menjadikan Aceh sebagai basis di Asia Tenggara, setelah dijepit di tempat lain di Indonesia. Karena masyarakat Aceh (identik dengan) Islam dan ada GAM. Ternyata mereka salah kira. Aceh merupakan kawasan yang paling tidak mungkin dijadikan basis apapun di Asia Tenggara," ungkap Gubernur kepada sejumlah media di Jakarta (9/3). Ekstrimnya warga Aceh terus hidup dalam kesengsaraan dan kemiskinan.

Teroris Dilarang Masuk Dayah

“Teroris Dilarang Masuk Dayah” perlu dikampanye oleh semua elemen masyarakat untuk semua jenis Dayah di Aceh. Karena berdasarkan hasil penelitian saya, dayah di Aceh ada 4 model, yaitu; dayah tradisonal, dayah modern, dayah berbasis panti asuhan, dan dayah kombinasi. Karena identitas dayah tak ada. Maka perlu adanya respon yang cepat dari pimpinan dayah, berdasarkan model di atas untuk mengkampanye kepada internal dayah, beserta eksternal dayah bahwa “Teroris Dilarang Masuk Dayah”.

Hal ini penting dilakukan, bukan karena kecurigaan kepada Dayah. Tapi hal ini bagian dari peran Dayah dalam merespon keberadaan terorisme di Aceh. Respon lain, masih banyak yang bisa dilakukan oleh Dayah. Salah satunya adalah dengan membentuk tim task force pimpinan dayah menyangkut teroris ini. Kemudian bisa juga dengan membantu pihak kepolisian dalam menyisir “kantong” dugaan tempat pelatihan dan persembunyiaan teroris. Langkah repsponsif seperti ini, mutlak diperlukan oleh para Dayah saat ini. Dayah sebagai lembaga sosial, pendidikan dan keagamaan mutlak harus memikirkan itu dalam bentuk action. Bukan sebatas himbaun. Karena Dayah memilik sumber daya manusia yang banyak. Konsolidasi Dayah Aceh sangat penting untuk hal yang sensitif ini.

Kalau dayah melakukan dan merespon dengan membantu pihak lain; salah satunya dalam menumpas terorisme di Aceh. Menurut saya, itulah esensi keberadaan Dayah di Aceh ditengah hedonisnya masyarakat kita saat ini. Hal ini pernah dilakukan oleh Tgk Chiek Ditiro, dan sejumlah pimpinan Dayah dulu dalam masa penjajahan.

Untuk itu, kita perlu menunggu respon sosial dari pihak Dayah, untuk bersikap patriotik dalam upaya memarginalkan gerakan radikal dan terorisme di bumi Iskandar Muda ini.

Bagi pemerintah Aceh, berikan informasi kepada instrumen Negara Indonesia dan Negara Asing bahwa dayah sebagai lembaga pendidikan, sosial dan keagamaan di Aceh tidak mengenal bentuk kekerasan dalam semua proses pendidikannya. Tak percaya, suruh mereka ke Dayah. Mereka terkejut menemukan diskursus pluralisme di Dayah. Makanya teroris dilarang masuk Dayah.

Bravo; Dayah di Aceh. Wassalam




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline