Lihat ke Halaman Asli

mukhlas ansori

Dosen sosiologi dan pengembangan masyarakat IPB University

Memangkas Jaringan Pemasaran Sayur-Mayur

Diperbarui: 15 Juli 2022   04:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buruh tani memanen buncis super di lahan pertanian di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat. (KOMPAS/MACHRADIN WAHYUDI RITONGA)

Sayur-mayur merupakan komoditas hasil pertanian yang sangat dibutuhkan oleh masyarakat. Setiap hari masyarakat selalu membutuhkan sayur-mayur sebagai bahan makanan penting untuk memenuhi kecukupan gizi yang ideal. 

Komoditas sayur-mayur merupakan barang dagangan yang meruah (bulky) dan mudah busuk (perishable) sehingga diperlukan jalur pemasaran yang sependek mungkin dan waktu sesingkat mungkin sehingga distribusi komoditas sayur-mayur dari petani produsen bisa cepat sampai kepada konsumen.

Ibu-ibu rumah tangga mempunyai banyak pilihan untuk berbelanja kebutuhan sayur-mayur. Terkadang mereka berbelanja di pedagang sayur keliling yang menjajakan daganganya dari rumah ke rumah. 

Ada pedagang sayur yang menggunakan motor atau menggunakan gerobak dorong. Pilihan lain adalah berbelanja ke warung sayur yang biasanya ada di dekat perumahan. 

Di warung stoknya lumayan banyak dan harganya lebih murah daripada di pedagang keliling. Jika kebutuhannya banyak, pembeli dapat memilih berbelanja di pasar tradisional atau ke pasar induk.

Berdasarkan klasifikasi komoditas sayur-mayur dapat diklasifikasikan sebagai produk tidak tahan lama yang dapat dibedakan lagi menjadi dua, yaitu:

1). Yang agak tahan lama, maksudnya bisa bertahan sampai beberapa hari, seperti cabe, bawang merah, bawang putih, kentang, wortel, buncis.

2). Yang sangat tidak tahan lama, yaitu yang tidak bisa bertahan sampai beberapa hari, contohnya bayam, kangkung, toge. Oleh karena itu, sayur-mayur ini memiliki kekhasan tersendiri. 

Walaupun sayur-mayur merupakan komoditas yang dibutuhkan setiap hari, sayur-mayur harus mendapat perlakuan yang khusus pula. Untuk itu pendistribusian dari petani sampai ke konsumen harus relatif cepat dan tepat, terutama sayuran yang cepat rusak. Hal ini untuk tetap menjaga nilai ekonomis sayuran tersebut.

Hasil dari penelitian penulis terhadap distribusi pemasaran sayur-mayur di Bogor terdapat beberapa pola pemasaran komoditas. Produk sayur-mayur dari petani produsen sampai kepada konsumen melalui rantai pemasaran yang sangat panjang. 

Terdapat banyak pedagang yang terlibat dalam rantai pasok produk: mulai pedagang pengumpul (bandar), pedagang pasar induk, pedagang pasar tradisional kelas satu, pedagang warung, dan pedagang keliling. 

Unsur terpenting dalam pemasaran sayur-mayur adalah produsen yakni petani. Petanilah yang menanam, merawat, menanggung resiko jika gagal panen. Sayur-mayur yang dipasok ke pasar Bogor kebanyakan berasal dari kawasan Bandung yaitu daerah Pengalengan dan Lembang. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline