Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Yusuf Ansori

Mari berkontribusi untuk negeri.

Kenapa Orang Kota Menjadi Penakut?

Diperbarui: 23 Agustus 2022   06:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Potongan adegan film Danur produksi MD Picture via kompas.com

Film, saya pikir benda itulah yang harus menjadi tertuduh utama. Gara-gara film, imajinasi orang kota menjadi lebih liar dibandingkan kami yang hidup di pedesaan.

Kami, di perkampungan mempercayai mitos-mitos yang berkaitan dengan alam ghaib adalah bagian dari tradisi. Kebiasaan yang lahir dari masyarakat yang belum tersentuh pendidikan ala Barat. Dimana rasionalisme menjadi tonggak bagi berdirinya sebuah peradaban.

Lah, lantas kenapa orang kota begitu sering menciptakan mitos-mitos tak berdasar. Sebuah bangunan kosong dianggap sebagai sarang makhluk "tak kasat mata". Padahal, tidak ada apa-apa di sana.

Di desa, sudah sangat sering melihat pohon beringin ukuran besar. Di sana merupakan tempat yang ideal untuk bersarang kelelawar. Wajar, jika orang-orang berimajinasi terlalu liar karena rindangnya pohon membuat gelap. Seekor kelelawar bisa diartikan kuntilanak atau genderewo.

Jika di kota besar, kenapa kamar sendiri pun malah dijadikan tempat "mengerikan"?

Terdengar mengherankan jika manusia yang dididik dengan rasionalisme malah menjadi sangat percaya mistis. Imajinasi manusia kota terlalu liar sehingga dia merasa sulit dengan ketakutan yang diciptakan sendiri.

Apakah ketidaknyamanan yang dirasakan setiap hari sudah begitu besar. Sehingga merasuk ke dalam bagian terdalam pikiran. Macet di jalanan sebagai bentuk ketidaknyamanan "semipermanen" terbawa hingga ke rumah yang sebenarnya nyaman.

Suasana hening justru dihindari karena kebisingan dianggap teman sejati. Apabila anda sendiri di dalam rumah, bukannya senang karena tidak ada yang mengganggu. Justru, ketakutan karena sering merasa "ada yang mengikuti".

Di desa, keheningan menjadi ciri utama. Apabila petang menjelang maka suasana menjadi sangat sepi. Tidak ada kafe yang mendendangkan "live music". Restoran pinggir jalan pun jumlahnya bisa dihitung jari.

Ketika ada orang kota "yang penakut" berkunjung ke desa maka merekalah orang yang pintar mengarang cerita. Katanya, di mata air ada penunggu sesosok perempuan cantik dengan ular melilit di tubuhnya. Padahal, itu hanya cerita masa lalu yang mulai dilupakan karena sosok itu sudah lama sekali tidak terlihat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline