Lihat ke Halaman Asli

Muhammad Andi Firmansyah

TERVERIFIKASI

Mahasiswa Ilmu Politik

Pada Pemilu 2024, Omong Kosong Bisa Lebih Berbahaya daripada Kebohongan

Diperbarui: 1 November 2023   08:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebohongan jelas berbahaya, tapi omong kosong mungkin lebih berbahaya lagi | Ilustrasi oleh Rudy and Peter Skitterians via Pixabay

Politik penuh dengan orang-orang yang tak peduli terhadap fakta. Dan karena politik punya begitu banyak hal yang dipertaruhkan, sikap abai ini bisa menimbulkan konsekuensi serius. Lalu, mengapa para politisi teramat santai dalam menyikapi kebenaran?

Alasannya adalah bahwa perilaku seperti itu sering kali lebih menguntungkan daripada mengungkapkan kebenaran. Fakta kerap tak sejalan dengan keyakinan atau tujuan mereka, terutama untuk mendulang suara, jadi mengapa repot-repot memedulikan fakta.

Dalam pengertian ini, mereka sebenarnya tak berbohong, melainkan membual. Mereka tak melontarkan kebohongan, melainkan omong kosong.

Di sini saya akan menunjukkan bahwa omong kosong sering kali lebih berbahaya ketimbang kebohongan bagi keberhasilan pemilu. Pertama-tama, saya perlu memperjelas maksud dari omong kosong dan mengapa itu tak sama dengan kebohongan.

Apa itu omong kosong?

Kita biasanya menganggap omong kosong sebagai sejenis kebohongan, tapi kebohongan dan omong kosong sebenarnya sangat berbeda, meskipun terkadang tak terpisahkan satu sama lain. Omong kosong (bullshit), menariknya, merupakan istilah akademis.

Kita perlu berterima kasih pada filsuf Harry G. Frankfurt untuk pengertian yang kita punya tentang omong kosong. Dia adalah orang pertama yang mendedikasikan waktu serius untuk menganalisis istilah aneh ini. Saya sangat merekomendasikan bukunya "On Bullshit" (2005).

Menurut Frankfurt, omong kosong bukanlah kebohongan. Keduanya salah menggambarkan kebenaran, tapi dengan maksud yang sangat berbeda. Pembohong mengetahui kebenaran, hanya saja mereka menyembunyikannya dari kita.

Di sisi lain, pembual sama sekali tak peduli apakah hal-hal yang dikatakannya sesuai dengan kebenaran. Mereka hanya memilih, atau mengarang, cerita agar selaras dengan tujuannya. Mereka tak tahu apa-apa tentang A, tapi mereka akan menceritakan A jika itu "berguna".

Seorang pembohong dan seorang yang jujur bisa dibilang punya kesamaan: keduanya tahu kebenaran. Keduanya berbeda karena yang satu memilih untuk menggunakan otoritas fakta sebagai panduan, sedangkan yang satu menolak untuk memenuhi tuntutan fakta.

Pembual, sebaliknya, mengabaikan tuntutan tersebut. Berbeda dengan pembohong, mereka yang menyampaikan omong kosong tak menolak otoritas kebenaran, atau menutup diri dari fakta. Mereka sesederhana tak menaruh perhatian terhadapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline