Lihat ke Halaman Asli

Tari Abdullah

Freelancer

I'm Not Wonder Woman

Diperbarui: 23 April 2021   20:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi/Iam/photo:pixabay

 Malam sudah sempurna menyelimuti penduduk bumi dalam lelap ketika Tiara membuka pintu rumahnya.  Penat yang memeluk tubuh semampainya tak dia hiraukan,  gegas Tiara melangkah menuju kamar Ganis, gadis kecilnya yang tengah pulas. Perlahan Tiara mengusap dahi perempuan kecil berambut ikal, buah cintanya dengan suami yang telah pergi menghadap Illahi."Mama." Merasa ada yang menyentuh,  Ganis menggeliat, membuka mata perlahan. Bibirnya merekah menyampaikan sapa saat mata sayunya menemukan sosok wanita yang sangat dicintainya.  Sejak papanya meninggal hanya mamanya yang dia miliki. Meski gadis berusia tiga belas tahun itu sadar, mamanya harus berjuang sendiri menghidupi dirinya dan adik lelaki satu-satunya hingga waktu bertemu sangatlah berharga.

"Maaf,  mama pulang terlalu malam,  banyak kerjaan di kantor tadi, " ucap Tiara sambil membelai rambut anak gadisnya, "Apa kabar hari ini, Sayang? "

"Alhamdulilah baik,  Ma," jawab Ganis.  

"Sekolahmu?" Tiara tak pernah alpa menanyakan kabar dan perkembangan sekolah anak-anaknya meski dalam keadaan sangat lelah.

"Alhamdulilah juga semua lancar, cuma ...."

"Cuma apa?" Tiara memotong kalimat gadisnya yang menggantung. Sejenak Ganis terdiam, tatapnya mendadak berubah sendu menutup tabir yang tak ingin diungkap.

"Ada apa,  Sayang?" Tiara memeluk tubuh mungil yang mulai terisak. Intuisi seorang ibu mengatakan ada sesuatu yang ingin disampaikan putrinya.

Ganis bergeming dalam isak, ditelungkupkannya wajahnya di dada mamanya. Dia tak ingin menyembunyikan sesuatu, mamanya sudah cukup lelah dan banyak beban.  Namun,  juga tak mungkin menyimpan masalah sendiri karena menyangkut adiknya.

"Langga, Ma," ucap Ganis lirih. Tiara menghela napas panjang. Anak laki-lakinya menderita syndrom pre-autis. Meski memiliki kecerdasan di atas rata-rata  dan banyak prestasi, tapi sekaligus sulit berinteraksi dengan teman-temannya. Tak banyak yang bisa memahami sikap dan lakunya yang suka menyendiri dan memiliki minat yang berbeda dari kawan seusianya hingga seringkali tingkahnya dianggap aneh dan menganggu.

"Ada apa dengan Airlangga?" Tiara bertanya hati-hati.

"Tadi Langga memukul temannya, lalu teman yang lainnya mengeroyok Langga.  Ganis nggak terima Langga dikeroyok,  makanya Ganis bantuin.  Tapi orang tua anak itu malah melapor pada kepala sekolak," papar Ganis ragu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline