Mohon tunggu...
Tari Abdullah
Tari Abdullah Mohon Tunggu... Freelancer - Freelancer
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Nama lengkap Mudjilestari tapi lebih sering disapa dengan Tari Abdullah profesi sebagai penulis, conten creator, dan motivator. Ibu dari 4 anak berstatus sebagai single parent. Berdarah campuran sunda - jawa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

I'm Not Wonder Woman

23 April 2021   20:17 Diperbarui: 23 April 2021   20:31 256
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi/Iam/photo:pixabay

"Hmmm, anak gadis mama yang jago karate ini menunjukkan keahlian jurus judang barenya gitu?" Tiara mengernyit menatap Ganis yang merasa bersalah. Ganis mengangguk takut.

"Ganis cuma nggak terima Langga terus dibully teman-temannya, " ujar Ganis menunduk menghindari tatapan mamanya.

"Lalu besuk mama dipanggil kepala sekolah," timpal Tiara mengelus rambut harum gadisnya.

"Maafin Ganis,  Ma. Ganis nggak bisa jagain Langga," isak Ganis,  bahunya terguncang dalam pelukan Tiara.

"Kamu nggak salah, Sayang. Mama bangga sama kamu,  di saat teman lain sibuk main dengan teman-temannya,  kamu masih menyempatkan mengawasi Langga. Bukan salahmu jika Langga lepas dari pengawasanmu, karena adikmu beda. Airlangga adikmu memiliki kecerdasan di atas rata-rata, rasa ingin tahunya besar sekaligus minat yang berbeda dengan teman lainnya. Itulah sebabnya teman-temannya menganggap Langga aneh,  dan menjadikannya bahan bullian."

"Mereka jahat, Ma," protes Ganis.

"Mereka tidak jahat, mereka hanya tidak bisa memahami sikap Langga." Tiara menghibur Ganis.

"Tapi tidak seharusnya mereka bersikap seperti itu sama Langga," rajuk Ganis setengah protes. Tiara tersenyum, dikecupnya dahi gadisnya yang tengah beranjak remaja.

"Tidak ada manusia yang sempurna, juga tidak ada yang sama pemikirannya. Tidak ada yang salah dengan sikap mereka, hanya kita yang tidak bisa menerima cara berpikir mereka. "

Ganis menghela napas panjang, tak terlalu paham apa yang dikatakan perempuan yang sangat menyayanginya.   Namun, gadis yang mewarisi kecantikan mamanya itu tahu pasti kelembutan dan kearifan sikap mamanya selalu membuatnya nyaman.

"Sekarang Ganis tidur,  ya. Besok mama akan ke sekolah." Tiara mengecup dahi gadis kesayangannya sekali lagi.  Rengganis mengangguk dan mengembangkan lengan memeluk mamanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun