Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Don Quixote de la Kompasiana Menaklukkan 3,000 Kompasianer

Diperbarui: 16 Januari 2022   10:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Don Quixote (Sumber: gramedia.com)

Haruskah kita menjadi buruh industri konten di pabrik maya bernama Kompasiana?

Industri konten media sosial (medsos) dan media massa (medmas) daring  itu kapitalis. Kapitalis itu digerakkan modal dan buruh. Buruh itu terdiri dari administratur dan kreator konten.

Begitulah Kompasiana. Dia industri konten yang kapitalistik. Kendati dia menyebut diri medsos, ada predikat "sosial" yang tak bermakna "sosialisme".

Di Kompasiana, Admin Kompasiana adalah representasi "majikan" (kapitalis) dan Kompasianer adalah representasi "buruh" (labour), kekuatan produksi konten.

Tersebutlah Don Quixote de la Kompasiana. Dia seorang Kompasianer yang tanpa sadar terjebak menjadi buruh industri konten du Kompasiana. 

Dikatakan "terjebak" karena pada awal dia diterima nenjadi Kompasianer tahun 2014, Kompasiana masih "sosial", konten gratisan. Belum berupah dalam bentuk K-Rewards macam sekarang ini.

Pada awal pemberian K-Rewards, Don Quixote senang-senang saja. Dia pikir, itu baik adanya, sebagai bentuk apresiasi Admin pada otak Kompasianer. 

Sekurangnya, pikir Don Quixote,  K-Rewards yang tak seberapa itu bisalah untuk bayar utang soto pada Mas Karso, beli paket Premium Kompasiana, dan beli data internet. Walau tetap tekor.  Rapopo, kan media "sosial".

Tapi kemudian, timbul "kesadaran buruh" (labour consciousness) pada diri Don Quixote. Pemicu kesadaran itu adalah langkah-langkah Admin yang dinilainya semakin mencerminkan watak kapitalis.

Indikasi watak kapitalis Admin K itu antara lain berikut ini:

  1. Program Topik Pilihan untuk menjaring konten trending sebanyak mungkin, dengan tujuan meningkatkan trafik pengunjung, lalu iklan dan cuan di ujungnya.
  2. Evaluasi mekanisme K-Rewards setelah terjadi lonjakan nilai perolehan beberapa Kompasianer kreatif, karena dinilai mengingkari prinsip bisnis kapitalis "keuntungan sebesar mungkin dengan biaya sekecil mungkin".
  3. Pengumuman penerima K-Rewards yang menyerupai pengumuman karyawan berprestasi di satu perusahaan kaputalis, sebagai cara merangsang kerja keras demi cuan
  4. Penetapan syarat jumlah minimum unit page views (upv) sebesar 3,000 upv (2022) untuk bisa mendapatkan K-Rewards, semacam target Key Performance Indicators (KPI) di perusahaan kapitalis.  
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline