Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

[Poltak #074] Penilik Sekolah Salah Masuk Kelas

Diperbarui: 4 September 2021   16:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi kolase foto oleh FT (Foto: kompas.com/dok. istimewa)

Beginilah gaya Poltak pada hari pertama masuk sekolah setelah pakansi.  Kemeja baru bahan katun warna dasar putih dengan motif garis-garis vertikal merah.  Celana pendek hitam katun Jepang warna hitam.  Sepatu bot kulit mengkilap sebagai alas kakinya.

Stelan itu dibelikan khusus untuknya oleh ompungnya, mertua Parandum, di Kisaran. Sepatu bot itu terkenal  sebagai sepatu "Bunut Shoes", bikinan sebuah pabrik sepatu milik orang Amerika di Desa Bunut, Kisaran.  Tapak sepatunya terbuat dari karet produksi perusahaan perkebunan Uniroyal. Kulitnya diimpor dari Eropah.  

Paruh pertama 1970-an, sepatu Bunut itu khusus diekspor ke Amerika dan Eropah. Hanya karena bapak mertua Parandum bekerja di perkebunan Uniroyal, maka dia punya jalur untuk membeli langsung ke pabriknya.

Murid-murid kelas lima takjub melihat tampilan Poltak.  Terutama anak-anak perempuan. Berta, Tiur, Dinar, Poibe, Jojor dan Risma.  Di mata  mereka, Poltak terlalu ganteng untuk menjadi pastor. "Sayang sekali, ya, Berta," bisik Tiur. "Ih, kau itu." Berta mencubit pinggang Tiur.  "Aduh!"

Seminggu di Kisaran cukup untuk membuat kulit Poltak cerah, bersih seperti anak kota berhawa panas. Tampilannya di antara teman-temannya ibarat ikan mas di tengah ikan lele.

"Selamat pagi, anak-anak. "  Guru Harbangan menyapa murid-murid kelas lima.

"Selamat pagi, Gurunami." 

Murid-murid terheran-heran. Ada seorang lelaki asing ikut berdiri di depan kelas bersama Guru Harbangan. Lelaki itu pendek gemuk. Usia sekitar limapuluhan. Mengenakan kemeja batik lengan panjang, bibirnya selalu mengulas senyum tipis, terkesan sinis.  

"Pagi ini kelas kita mendapat kehormatan dikunjungi seorang tamu penting. Perkenalkan, beliau ini Bapak Rapolo, Penilik Sekolah dari Parapat."

Kelas hening. Murid-murid diam menyimak. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline