Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Humor | Adat Batak Bikin Natal Kacau?

Diperbarui: 30 Desember 2019   17:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gereja Katolik Santo Mikael Pangururan Samosir. Ikon Gereja Katolik yang inkulturatif di Tanah Batak (Foto: hidupkatolik.com/a.e. sugiyantoro)

Gereja Katolik di Tanah Batak dikenal sebagai gereja inkulturasi. Kultur Batak diintegrasikan ke dalam liturgi gereja Katolik. Lahirlah nyanyian gerejani dengan irama lagu Batak. Juga penggunaan musik gondang Batak dalam kebaktian gerejani. Misalnya dalam Ibadah Misa Kudus.

Selain itu gereja Katolik di Tanah Batak untuk sebagian mengadopsi arsitektur rumah adat Batak. Ambil contoh gereja Katolik Santo Mikael di Pangururan, Samosir. Benar-benar berupa "ruma bolon" (rumah ada besar) Batak Toba ukuran raksasa.

Begitulah. Adat dan budaya Batak meresap ke dalam liturgi dan kehidupan menggereja agama Katolik di Tanah Batak. Sehingga tata krama dalam relasi sosial orang Batak kadang terbawa pula ke dalam gereja.

Hasil inkulturasi semacam itu, selain positif, ternyata bisa pula negatif. Apalagi jika dilakukan menurut tafsir pribadi, tanpa afirmasi dari pejabat gereja. Bisa kacau jadinya.

***
Bicara tentang kekacauan liturgi terkait pengaruh adat, ada satu cerita dari Desa Panatapan, Tanah Batak. Ini pengalaman Poltak pada perayaan Natal tahun 1966.

Sudah menjadi tradisi liturgi di sana, anak kecil marsipajojoron, melapalkan hapalan ayat-ayat Kitab Suci di depan umat di gereja saat kebaktian Natal.

Bagi Poltak, marsipajojoron pada Natal 1966 itu adalah pengalaman pertama. Usianya 6 tahun waktu itu dan sudah bisa membaca. Dia kebagian menghapal dan merapalkan Yesaya 11: 1-3.

Ayat 1, dalam Bahasa Batak berbunyi sebagai berikut:
"Dung i ruar ma sada tunas sian tungko ni si Isai, jala marparbue sada tubis na tubu sian uratna."

Dalam Bahasa Indonesia: "Suatu tunas akan keluar dari tunggul Isai, dan taruk yang akan tumbuh dari pangkalnya akan berbuah."

Ayat-ayat Kitab Suci sudah diberikan guru Sekolah Minggu 4 minggu sebelum Natal tiba. Semua murid Sekolah Minggu kebagian, termasuk Poltak. Ayat-ayat wajib dihapal sampai lancar luar kepala.

Poltak membaca dan menghapalkan Yesaya 11: 1-3 tiap hari sampai betul-betul lekat di kepala. Dia sudah benar-benar siap tampil di depan umat pada malam Natal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline