Lihat ke Halaman Asli

Felix Tani

TERVERIFIKASI

Sosiolog dan Storyteller Kaldera Toba

Blues tentang Kakek yang Menunggu Kereta

Diperbarui: 16 April 2018   14:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Illustrasi: marketplace.secondlife.com

1/

Dua malam lalu Pastor Antonius datang ke lelap tidurku. "Mengapa begitu lama  di dunia fana. Aku menunggumu di rumahNya. Kita akan menonton Simponi Nomor 9 di ujung baton Bethoven."  Pastor Antonius bertanya dan berjanji.

2/

Kemarin malam aku berangkat ke peraduan diantar senja. Beriring  Requiem gubahan Mozart yang mengalun dari putaran piringan hitam tua di kaki pembaringan. "Jangan kau putar lagi Devil's Trill Sonata punya Tartini. Putarkan aku Requiem dari Mozart." Sudah kupesankan pada cicitku sebelum membaringkan tubuh rentaku.

3/

Aku menunggu kereta kuda Pegasus kiriman Santo Mikael di ujung malam. Kereta akhirat yang akan membawaku ke rumahNya. Aku akan  menonton  Simponi Nomor 9 di ujung baton Bethoven di sana. Pastor Antonius sudah menjanjikan padaku.

4/

Tengah malam aku terjaga oleh derap kaki kuda di depan rumah. "Sudah tibakah waktuku pergi?" Kutanya diriku dalam nada ragu tapi berharap. "Ah, bukan kereta kuda Pegasus, tapi sapi tetangga lari lepas dari kandang." Aku kecewa mendengar lenguh sapi dan teriakan tetanggaku mengejar sapinya. Lalu aku kembali terlelap berselimut kecewaku.

5/

Sudah tiga kali aku terjaga lagi pada tiga momen kokok ayam jantan peliharaan anakku.  Tiga kali itu lagi aku berharap jemputan kereta kuda Pegasus telah tiba untukku. Tapi  tak ada kereta tiba hingga di ujung malam. Datang di depan rumah adalah  ojek daring, jemputan sekolah untuk cicitku yang kudengar sedang mendendang Not Today milik Bangtan Boys.

6/

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline