Lihat ke Halaman Asli

Mohammad Rasyid Ridha

Bukan siapa-siapa namun ingin berbuat apa-apa

Berhijrah Mengejar Keberkahan

Diperbarui: 23 November 2018   14:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namanya Okto, seorang pria lajang berusia sekitar 30 tahun. Baru beberapa bulan kenal di suatu proyek konstruksi dimana dia karyawan kontraktor yang bertugas mengurusi administrasi dan dokumentasi. 

Beberapa hari lalu saat mengobrol baru saya ketahui kalau sebelumnya selama 8 (delapan) tahun dia bekerja di suatu bank syariah terkenal di Indonesia. Berkecimpung di dunia proyek adalah pengalaman pertama baginya.

Sepengetahuan saya dengan masa kerja sudah 8 tahun di bank pasti gajinya jauh lebih besar daripada hanya sebagai staf bagian administrasi dan dokumentasi di kontraktor proyek. Saat saya tanyakan mengapa dia meninggalkan profesinya di bank dan memilih bekerja di kontraktor tanpa ragu Okto menjawab ingin berkah dan tenang hidupnya. 

Okto yang lulusan dari suatu universitas negeri di kota Bogor beranggapan meskipun dia bekerja di bank syariah namun banyak hal yang tidak sesuai dengan hatinya. Meskipun labelnya syariah namun prakteknya serupa dengan bank konvensional dan membuat dirinya tidak nyaman.

Untuk mengejar keberkahan dalam memperoleh rezeki si Okto melakukan hijrah dari profesi lamanya ke profesi sekarang. Tentu tidak ada hijrah yang mudah dan enteng untuk dilakukan, butuh proses dan keyakinan bahwa memang seseorang harus berhijrah. Banyak kisah orang sukses dalam berhijrah dari kehidupan yang sebelumnya gelap menuju jalan terang, kisahnya dapat dicari di berbagai buku atau browsing di internet.

Harta berlimpah, rumah mewah, strata sosial, jabatan tinggi bukanlah merupakan ukuran keberhasilan dan kedamaian hidup seseorang di dunia ini. Percuma punya harta berlimpah namun diperoleh dengan cara-cara yang tidak baik, tentu bukan keberkahan yang diperoleh namun justru kerugian. 

Apakah orang yang memperoleh harta dengan cara buruk atau haram akan tenang hidupnya? Jawabannya pasti tidak. Kalau selama ini kita mendapatkan harta dengan cara salah, cobalah tanya hati kecil masing-masing, berdosakah kita, nyamankah kita, tenangkah hidup kita. Hati kecil tidak bisa diingkari sehingga semua orang bisa menjawab sendiri pertanyaan-pertanyaan itu.

Kenikmatan dunia yang tidak berkah hanya akan menjadi ujian, cobaan maupun hukuman bagi kita tanpa disadari. Semakin larut kita menikmati kubangan nikmat yang tak berkah, semakin jauh kita dari jalan kebenaran. Jangan sampai seumur-umur kita tidak bisa keluar dari jebakan ini sehingga bisa menjadi akhir yang buruk dari fase kehidupan kita di dunia. Maka hijrah dan keberkahan adalah kunci agar tidak terlena oleh dunia.

Manusia adalah tempat salah dan lupa, namun selalu ada jalan untuk kembali. Kita harus berani meninggalkan jalan hidup yang tidak berkah, sepahit apapun resiko yang harus ditanggung. Jangan khawatir dengan rezeki karena Allah sudah menjamin rezeki bagi umat manusia, dan jaminan itu pasti. 

Setiap orang harus instropeksi diri di posisi manakah kita saat ini, on the track, tersesat, tidak tahu arah atau melenceng jauh. Setelah mengetahui posisi tersebut maka langkah selanjutnya adalah tentukan jalan keberkahan yang perlu diambil dan segera berhijrahlah.

Jangan khawatir akan beratnya hijrah, ada Allah yang akan membimbing tinggal kita berdoa meminta. Insya Allah tidak ada niat baik untuk berhijrah dari keburukan menuju kebaikan akan terasa sukar apabila kita memang sudah ikhlas dan bertekad untuk menjalaninya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline