Lihat ke Halaman Asli

Monika Ekowati

Seorang biarawati Tarekat SND--> ARTIKEL yang kutulis ini khusus untuk KOMPASIANA Jika muncul di SITUS lain berarti telah DIJIPLAK tanpa IJIN PENULIS !

Kartini Hidup di Batinku

Diperbarui: 6 April 2021   22:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

R.A Kartini ( katamutiara.com)

Wanita  Ningrat  yang  mau  terjun  ke rakyat

Setiap mendekati  tanggal 21 April, selalu ada saat untuk merenung dan merefleksikan kehidupan Raden Ajeng Kartini yang dilahirkan sebagai putri Indonesia tahun 1879 di Mayong Jepara, Jateng. Hidupnya membawa dan memberi berkat bagi sesama, khususnya kaum perempuan

Yang dilakukan sungguh menyentuh batin dan hidup saya. Bahkan, saya berkhayal, seandainya dia tidak pernah berjuang dan mengangkat hidup kaumnya, apa yang terjadi pada diri perempuan Indonesia?


Saya mengenalnya sejak di bangku taman kanak-kanak lewat cerita orang tua dan guru. Mereka menuturkan riwayat hidup dan perjuangannya. Kecintaan saya pada Kartini semakin berkobar manakala diajak orang tua menelusuri tempat-tempat bersejarahnya, karena Blora  tidak  jauh  dari  Mantingan (makamnya), Rembang)tempat  tinggalnya  sesudah  menikah )  dan  Jepara 9 tempat  dilahirkan  dan  masa kecil  hingga  remajanya).


Napak tilas biasanya dimulai dari tempat kelahirannya di Jepara, kemudian ke tempat dia hidup sebagai istri bupati di Rembang, lalu bapak ibu melanjutkan ke makamnya di Bulu Mantingan. Memang tak sukar untuk menelusuri sejarah Kartini karena saya dilahirkan dan sampai remaja tinggal di Blora yang tidak jauh dari ketiga tempat tersebut.


Semangat ingin mendalami Kartini pun tidak pernah pudar dalam sanubari walau kini saya berada di tempat yang jauh. Kerinduan untuk menelusuri tempat bersejarah maupun menelaah hidupnya selalu membara, menghidupkan semangat saya. Kartini sungguh luar biasa dalam kreasi berpikir dan bersosial. Dia mengatasi dirinya.

Dia keluar menembus cakrawala baru untuk mewujudkan impiannya memajukan kaumnya-para perempuan pribumi-yang berada pada status sosial rendah, terpuruk, dan terbelenggu adat. Meskipun hanya mengenyam pendidikan ELS (Europese Lagere School) dan ketika berusia 12 tahun dipingit karena adat yang tidak membolehkan wanita keluar rumah, belajar sesuatu yang baru, dia tetap belajar menulis dan membaca.

Dengan kemampuan berbahasa Belanda, Putri Jauhari ini mengembangkan komunikasi dengan dunia luar. Dia berkorespondensi dengan para sahabat di Belanda. Sahabatnya, Rosa Abendanon, sangat mendukung dengan banyak bercerita tentang kemajuan wanita Eropa serta mengirimi buku-buku, koran, dan majalah. Hati Kartini tertarik dan tertantang kemajuan berpikir perempuan Eropa.

Dari sini, dia memperoleh roh yang berkobar-kobar untuk memajukan perempuan pribumi. Jiwanya memberontak melihat penderitaan, penindasan, dan ketidak berdayaan wanita di sekeliling.

Setiap hari, Kartini menyaksikan eksploitasi wanita. Kebodohan wanita menjadi pendorong  memintarkan perempuan. Hegemoni laki-laki atas wanita menginspirasi Kartini untuk menerjang dan mengangkat harkat serta martabat kaumnya.

Haus Ilmu

Bara di hatinya senantiasa berkobar membakar semangat untuk terus belajar dan mencari cara mewujudkan cita-citanya. 

Kartini tidak hanya membaca koran, majalah, buku dari sahabatnya di Belanda, tetapi juga mencari dan mendalami sumber-sumber lain, di antaranya De Hollandsche Lelie, majalah wanita yang berisi kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

Kartini mengajar ( Simomot.com )

Raden Ajeng  Kartini tidak hanya membaca, tapi juga menulis artikel dan mengirimkan dan dimuat beberapa kali di majalah tersebut. De Locomotief , majalah dari Semarang yang diasuh Pieter Brooshooft, selalu menjadi santapan bacaan yang menambah gizi wawasan.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline