Lihat ke Halaman Asli

MASE

Mochammad Hamid Aszhar

7 Kebajikan Hidup di 7 Hukum Alam Semesta (Bagian Pertama)

Diperbarui: 29 Agustus 2023   07:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK/8photo

Ada hukum-hukum alam semesta yang mempengaruhi kehidupan kita setiap harinya, detik demi detik. Memahami hukum-hukum alam semesta membuat kita selaras dalam kehidupan di semua tingkatan serta memberi kita petunjuk tentang apa yang sebaiknya kita lakukan dan bagaimana mendayagunakan kekuatannya.  Memahami hukum-hukum alam semesta memberi kita peta jalan bagaimana bisa menjalani kehidupan terbaik. Bila dikaji ada belasan, puluhan bahkan ratusan hukum alam semesta. Dari bermacam-macam hukum alam semesta bila disaripatikan ada 7  hukum alam semesta utama, selebihnya adalah rincian dan pengembangan. Dalam kajian Islam, hukum alam semesta tersebut di sebut ayat-ayat kauniyah. Sedangkan hukum alam semesta yang tercermin dalam manuskrip wahyu Tuhan disebut ayat-ayat qouliyah. Ayat artinya tanda. Qauliyah berasal dari kata qoola yang maknanya adalah perkataan. Ayat-ayat qouliyah adalah tanda-tanda semesta yang bisa kaji lewat firman Tuhan yang diwahyukan kepada para rasul/utusanNya yang terkonfirmasi validitas manuskripnya dengan kecukupan bukti empiris benar-benar berasal dari Tuhan. Sedangkan kauniyah berasal dari kata kaana yang maknanya adalah bukti. Ayat-ayat kauniyah adalah tanda-tanda semesta yang bisa kita kaji lewat hukum alam semesta yang terkonfirmasi validitasnya melalui bukti ilmiah.  Baik ayat-ayat qouliyah yang tertulis dalam manuskrip wahyu Tuhan maupun ayat-ayat kauniyah yang tercermin dalam hukum alam semesta adalah hukum yang selaras dan merupakan kesatuan harmonis, karena sumbernya sama, yaitu Tuhan.

Ada satu manuskrip yang cukup terkonfirmasi validitasnya dengan kecukupan bukti empiris. Tidak ada perubahan atau tambahan sejak awal keberadaannya. Satu manuskrip tersebut adalah Al Quran. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya manuskrip Al Quran tertulis dalam huruf Hijazi, versi awal huruf Arab, tersimpan di perpustakaan University of Birmingham, UK. Uji penanggalan radiokarbon yang dilakukam Oxford University Radiocarbon Accelerator Unit terhadap manuskrip Al Quran tersebut dengan probabilitas 95 persen bahwa manuskrip tersebut berasal dari masa 568 M dan 645 M atau setidaknya berusia 1.370 tahun. Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfuri, dalam kitab beliau Rahiqul Makhtum, menyampaikan peristiwa awal turunnya wahyu pada hari Senin tanggal 21 Ramadhan di malam hari, bertepatan dengan 10 Agustus 610M. Prof. Dr. Quraish Shihab dalam buku Membumikan Al Quran, yang diterbitkan Mizan tahun 1992 menyampaikan bahwa selama 22 tahun (dari tahun 610 M hingga sekitar 632 M) wahyu yang terkodifikasi dalam Kitab Al Quran ini turun. Profesor David Thomas pakar studi Islam dan Kristen dari University of Birmingham, UK menyampaikan bahwa berdasarkan data penanggalan karbon dimungkinkan orang yang menulis manuskrip Al Quran tersebut hidup di masa yang sama dengan Muhammad dan manuskrip Al Quran tersebut dalam formasi yang sangat dekat dengan formasi Al Quran saat ini. Artinya bahwa sejak Al Quran diturunkan sampai sekarang tidak ada perubahan atau tambahan yang mengkontaminasi kemurniannya sebagai Kitab Suci.

Bila Al Quran kita kaji lebih dalam, kerangka dasarnya ada di Surat Al Fatihah. Karena itu Surat Al Fatihah disebut juga Umm Al Quran (Ibu/Induk/Inti Al Quran). Surat Al Fatihah disebut juga As-Sab’ al-Matsani, artinya tujuh pintu kebajikan atau tujuh pilar kebahagiaan atau tujuh hukum alam semesta yang berulang-ulang. Al Fatihah adalah tujuh ayat yang menjadi pembuka Firman Tuhan dalam Al Quran. Al Fatihah merupakan versi Islam dari Lord’s Prayer dan Shema Yisrael yang digabungkan. Surat Al Fatihah ini terdiri dari 29 kata dalam bahasa Arab namun terjemahannya bisa menjadi 65 hingga 72 kata. Ajaibnya menurut Lesley Hazleton seorang sejarawan dan jurnalis, yang mendapat "The Stranger's Genius in Literature" Award sebagaimana Beliau sampaikan dalam “TEDxRainier 2010 : On Reading the Koran”, bahwa dari 29 kata bahasa Arab di Surat Al Fatihah ini, semakin kita menambahkan kata, semakin banyak makna yang terkandung dalam Surat Al Fatihah ini yang menghilang. Ada kekuatan lughoh (filologi bahasa), nahwu (gramatika dan sintaksis bahasa), shorof (morfologi bahasa), isytiqaq (etimologi bahasa), ilm al-ashwat (fonologi bahasa) dan ilm al-dilalah/ilm al-ma'na (semantik bahasa), ilm al-bayan (stilitika bahasa), ilm al-badi' (estetika bahasa) dan aspek-aspek dalam struktur bahasa lainnya tanpa mengurangi fungsi sosiolinguistiknya bagi umat manusia sebagai representasional (rujukan kebenaran), regulasiotoris (tata hukum) dan heuritis (kajian ilmu alam dan ilmu sosial). Hingga saat ini belum ada satupun ahli linguistik. sastrawan atau ilmuwan yang mampu membuat manuskrip seperti itu bahkan satu suratpun seperti Al Fatihah tidak ada yang mampu. Ada semacam formula / rumus baku dalam Surat Al Fatihah ini, yang terkandung di dalamnya rahasia formula/rumus baku kehidupan semesta. Lebih luas lagi, mengingat Al Quran adalah manual book kehidupan semesta, maka kerangka dasar kerja kehidupan semesta itu sama dengan kerangka dasar di Surat Al Fatihah. 

Ada 7 kebajikan dalam Surat Al Fatihah Ayat 1 sampai 7 sebagai jalan hidup menghadapi 7 hukum alam semesta. Adapun 7 kebajikan dalam Surat Al Fatihah sebagai jalan hidup menghadapi 7 hukum alam semesta sebagai berikut :

Pertama, Kebajikan Ikhlas atas The Law of Vibration 

Ketika kita melihat suatu materi dengan mikroskop dengan resolusi super tinggi, sampai pada tataran molekul, atom, neutron, elektron, hingga kuanta yakni partikel terkecil yang masih dapat diukur, maka kita akan melihat pada dasarnya semua materi hanya terdiri dari energi dan ruang kosong. Materi yang tampak padat sebenarnya adalah energi yang bergetar (vibration) dengan frekuensi tertentu. Yang menarik dari the law of vibration adalah pikiran akan menentukan getaran yang terpancar dari diri. Getaran dalam frekuensi yang sama akan saling menarik. Pikiran kebahagiaan akan meng-attract kebahagiaan dan sebaliknya pikiran penderitaan akan meng-attract penderitaan.  Prof. David R. Hawkins, M.D., Ph.D. dalam penelitiannya selama lebih 20 tahun melakukan tes kinesiologi untuk mengukur energi yang dikeluarkan manusia dalam skala kesadaran tertentu. Beliau memberikan peta bagi kita untuk memilih apakah kita mau bermain di zona getaran dan frekuensi energi rendah seperti putus asa, kesedihan, kemarahan, kesombongan atau kita mau bermain di zona getaran dan frekuensi energi tinggi seperti memaafkan, optimisme, cinta, kedamaian, kebahagiaan? Nikola Tesla, fisikawan dan inventor menyampaikan “If you want to find the secrets of the universe, think in terms of energy, frequency and vibration.” 

Ayat pertama dari Surat Al Fatihah disebut kalimat Basmalah. Kalimat Basmalah merupakan pondasi Surat Al Fatihah dan juga pondasi semua Surat dalam Al Qur'an. Inti kalimat Basmalah adalah kata Allah. Allah adalah sejatinya hidup. Allah [oIxI1] merupakan simbol dari satu (1) yang absolute (IxI) yang menjadi sumber segala realitas kehidupan yang relative (o). Ayat pertama dari Surat Al Fatihah mengajarkan pada kita suatu kebajikan hidup yang disebut ikhlas. Ikhlas bermakna al-khuluus min as-syawaa’ib, murni/jernih tidak terkontaminasi dengan sesuatu dari luar. Pertanyaannya adalah apa yang dimurnikan? Yang dimurnikan adalah getaran (vibration), frekuensi dan energi kita. Segala sesuatu yang ada di alam semesta ini bermuara pada energi, frekuensi dan getaran (vibration). Ikhlas adalah kondisi dimana getaran (vibration), frekuensi dan energi kita murni tidak melekat terhadap ego, keinginan dan hawa nafsu pada hal-hal duniawi yang fana. Tidak ada pamer, prasangka buruk (su'udzon), hambatan emosi, pikiran negatif dan pikiran berlebihan (overthinking) dengan pandangan orang. Pikiran dan hati jernih, bisa melepaskan semua distraksi yang membuat hati kita ramai dengan pusaran energi rendah (force/dun'ya). Pikiran dan hati murni, bisa melepaskan semua servo mechanism diri yang sakit, menderita dan gagal. Melampaui tubuh dengan segala pernik-pernik dunia fisik fana yang kita kumpulkan. Melampaui akumulasi pemikiran dan berjuta memori. Murni bersandar pada satu saja, yaitu Allah. Lenyap menyatu dalam absolutenya Allah yang Maha Berkelimpahan dan Maha Cinta. 

Turunan dari ikhlas ini di antaranya adalah kejujuran, integritas, amanah, menjalani hidup selaras dengan sejatinya hidup itu sendiri dan sejatinya hidup adalah Allah [oIxI1] yang terus memanifestasikan keberlimpahan dan cinta dalam kehidupan (taqorrub ilallah), confidence, tanggungjawab, kesucian, detachment terhadap fatamorgana dunia relatif dan fana,  visionary, keyakinan, keimanan, ketulusan hati, menerima keadaan seapaadanya, bukan mengejar kesempurnaan namun berkomitmen terhadap pertumbuhan, memaafkan/minta maaf, melepaskan dari merisaukan masa lalu dan mengkhawatirkan masa depan, positive thinking, positive feeling, positive action, kebersihan/kesehatan diri dan lingkungan  

Pelajaran di sini adalah kendalikan pikiran hanya memancarkan getaran (vibration), frekuensi dan energi yang baik-baik saja. Jaga pikiran selalu memancarkan vibrasi, frekuensi dan energi keberlimpahan dan cinta. Ini bisa terjadi ketika hati kita murni bersandar pada sejatinya hidup yaitu Allah. Satu (1) yang absolute (IxI) yang menjadi sumber segala realitas kehidupan yang relative (o). Allah [oIxI1], satu kata untuk semua kesempurnaan hidup, baik itu kesehatan, kebahagiaan, kesuksesan, kekayaan, kebermaknaan hidup, greatness dan kedamaian.

Kedua, Kebajikan Syukur atas The Law of Relativity 

Kita manusia dan seluruh alam semesta dengan segala isinya mempunyai sifat relatif. Dalam Al-Falsafa al-Ula, sekitar abad 800 M, Yusuf Ibnu Ishaq Al-Kindi  telah mengungkapkan dasar-dasar teori relativitas. Menurut Al-Kindi (Al Kindus), fisik bumi dan seluruh fenomena fisik adalah relatif/nisbi/terbatas. Relativitas adalah esensi dari hukum eksistensi baik itu materi, energi, ruang, waktu dan informasi. Galileo Galilei dalam karyanya bertajuk Dialogue Concerning the World's Two Chief Systems pada tahun 1632 M juga mengungkapkan relativitas. Pada tahun 1952, Albert Einstein dalam The Principle of Relativity mengembangkan teori relativitas lebih dalam. Hukum relativitas menjelaskan bahwa tidak ada sesuatu yang bisa dipahami baik dari sifat, nilai dan kualitas sampai kita hubungkan/relate-kan dengan sesuatu yang lain. Contohnya bila semua warna putih maka sebenarnya warna putih itu tidak ada. Adanya warna putih karena kita bandingkan dengan degradasi warna-warna lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline