Lihat ke Halaman Asli

Moerni Tanjung

founder of https://moerni.id

Kisah Tragedi Berdarah Kanjuruhan, "Kuburan Massal" Pintu 13 dan 14

Diperbarui: 5 Oktober 2022   19:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dadang Indarto (paling kiri) adalah Aremania yang terjebak di dalam pintu 14 Stadion Kanjuruhan, Kepanjen, Kabupaten Malang, pada Sabtu (1/10).Foto:EKO WIDIANTO : BBC News Indonesia

Cerita duka tragedi Kanjuruhan terus menyayat perasaan. Salah satunya soal Pintu 13 dan 14. Stadion Kanjuruhan. Pintu itu menjadi saksi. Betapa banyak nyawa melayang. Menurut catatan resmi. Ada 125 orang meninggal dunia. Dan lebih dari 300 orang terluka. Salah satu tragedi terburuk dunia sepakbola.

"Tolong...tolong..." jeritan itu terngiang-ngiang di telinga Dadang Indarto. Salah satu saksi mata tragedi berdarah Kanjuruhan, Malang. Malam itu. Dadang tak bisa tidur. Insiden berdarah itu menghantui pikirannya.

Pria 40 tahun ini tak pernah membayangkan. Malam minggu yang bahagia akan berubah menjadi malapetaka. Ratusan nyawa melayang. Di dalam 'kandang' Arema FC.

Warga Kelurahan Tembalangan Kota Malang, Jawa Timur. Menonton pertandingan bola bersama rekan-rekannya. Semua berjalan normal. Tidak ada tanda-tanda akan terjadi malapetaka.

Hingga sekitar tiga menit. Setelah pluit tanda pertandingan berbunyi. Semua berubah. Suasana tenang berubah mencekam. Kepanikan di mana-mana. Jerit histeris terdengar di mana-mana.

"Saya tidak bisa tidur. Seolah-olah korban (Kanjuruhan) di depan mata. Terdengar jeritan. Tolong...tolong." Cerita Dadang. Dikutip dari BBC News Indonesia.

Sejurus kemudian. Sambung Dadang. Lapangan sudah dipenuhi oleh supporter. Saat itu. Suasana mulai mencekam. Penonton panik. Tak terkecuali Aparatur Sipil Negar a(ASN) di Kota Batu Malang itu.

Dadang pun bergegas. Menunju pintu 13. Untuk keluar menyelamatkan diri. Tapi pintu tertutup. Banyak orang tak bisa keluar. Berdesak-desakan di lorong. Dadang berlari. Bergegas. Kembali ke tribun. 

Saat itu. Terdengarlah suara tembakan. Tembakan gas air mata. Tembakan kedua diarahkan ke tribun. Yang dipenuhi sesak penonton. Dor...tembakan ketiga mengenai tribun. Tempat Dadang berdiri.

Ia terkejut. Langsung tengkurap. Menutupi wajah dengan kaos. Karena seiisi tribun sudah penuh sesak asap gas air mata. Mata perih. Dada kembang kempis. Susah bernafas. Dadang merasakan itu semua. Itu pengalaman pertamanya. Terkena gas air mata.

Dadang bangkit. Dengan sisa tenaga yang ia punya. Berlari. Melompat. Ke arah pintu 14. Saat itulah. Di lorong itulah. Ia melilhat banyak orang. Sudah tergeletak. Bergelimpangan. Meregang. Tak berdaya. Termasuk temannya. Donna. Yang sudah tak bernyawa. "Kepala bocor. Dia meninggal. Saya gendong. Ke tempat aman." Kisahnya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline