Lihat ke Halaman Asli

Mochamad Syafei

TERVERIFIKASI

Menerobos Masa Depan

JIL dan Masa Depan NU

Diperbarui: 5 Juli 2015   09:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Orang-orang NU yang sudah tua menghujat Jariangan Islam Liberal (JIL).  Mereka tak tahu kalau JIL itu anak kandung NU juga.  NU yang dianutnya selama ini.  Mereka juga tak tahu kalau JIL merupakan anak kandung Gus Dur.  Orang-orang tua itu memahami Gus Dur tapi ternyata gagal total dalam memahami JIL.

Bukan hanya orang-orang tua NU.  Beberapa anak muda yang kurang informasi juga sering kudengar menghujat JIL sebagai makhluk asing yang harus diberangus dari khasanah pemikiran keagamaan di negeri ini.  Mereka tak bisa atau belum bisa membuka diri terhadap keberagaman pemikiran.  Sebuah wajah keberagamaan yang selama ini dihindari oleh mayoritas jamaah NU karena tak sesuai dengan kenusantaraan yang sudah dianggap final oleh para pinisepuh NU.

Kalau dari dalam kalangan NU sendiri masih gamang menerima anak kandung, yang memang sering nakal itu, bagaimana dengan pihak-pihak di luar NU?

Hal inilah yang harus dilakukan, baik oleh anak-anak muda progresif di NU, dalam hal ini bukan hanya JIL tapi juga mereka yang termasuk gerombolan LKIS di Yogya, maupun oleh NU, sebagaimana Gus Dur membela keberagaman sampai detik terakhir kehidupannya.  Karena, NU yang akan menerima keuntungannya di masa mendatang dengan terus memelihara kreativitas dan progresivitas anak-anak muda tersebut.

NU merupakan organisasi paling tumbuh dan memberi taman bagi berkembangnya anak-anak muda progresif.  Apalagi jika dibandingkan organisasi lain yang dulu terkesan maju dalam pemikiran tapi pada akhir-akhir ini seperti terjebak pada kejumudan dan berhenti di ujung jalan.  NU merupakan organisasi tradisional yang terus mau menerima perbedaan dan keberagaman sebagai sebuah khasanah keberagamaan yang patut disyukuri dan bukan dibungkam dengan alasan apa pun.  Sebagaimana khasanah keberagamaan yang selalu dibuat menjadi kajian dari ulama-ulama klasik yang berbeda tapi tetap asyik berteman tanpa harus berlumuran darah hanya karena berbeda.

Indonesia sudah diterima final.  Juga Pancasila-nya.  Sebagai konsekuansinya, NU juga menerima semua warga di negara ini sebagai warga yang bisa dan harus dilindungi oleh negara tanpa harus terjatuh pada kekhawatiran penghindaran.  Semua yang hidup di negeri ini, walau dia Ahmadiyah, Syiah, atau animisme sekali pun harus dilindungi negara dan tak boleh didiskriminasi.  Diskriminasi seorang warga negara merupakan pengingkaran dari sikap keindonesiaan dan kepancasilaan.

JIL adalah kelompok anak muda yang sedang berjalan menerjemahkan visi NU dengan melongok ke masa depan yang akan mereka hadapi.  Sehingga, pemberian peluang untuk terus mampu bergelut dan bergulat dengan permasalahan keagamaan dan kenasionalan adalah sikap wajib yang tak perlu dipertanyakan lagi.

Gus Dur mampu membangun NU yang progresif dan mampu melahirkan anak-anak muda yang akan mampu dan dapat bergulat dan bergelut dengan masanya yang penuh tantangan dan rintangan yang tak lagi ringan.  Jiwa inilah yang harus terus dipelihara oleh NU agar NU tetap menjadi jiwa dan darah yang mengalir di setiap anak-anak muda penuh kreativitas tersebut.

Selamat bermuktamar.  Semoga akan tercipta masa depan NU dan negeri ini yang lebih baik, bagi semua orang, bukan hanya yang mengaku atau berdarah NU.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline