Lihat ke Halaman Asli

M. Jojo Rahardjo

Penulis ratusan artikel dan video seputar perkembangan neuroscience dan kaitannya dengan berbagai aspek kehidupan.

Psikologi Positif di Lingkungan Kerja

Diperbarui: 27 November 2015   18:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Photo: Faith Center"][/caption] 

Dulu orang mengira, bahwa kebahagiaan (positivity) akan kita peroleh setelah kita mendapatkan kesuksesan. Namun berbagai penelitian positive psychology membuktikan yang sebaliknya yaitu: kebahagiaanlah yang menyebabkan kesuksesan. Shawn Achor menegaskan itu dalam bukunya, The Happiness Advantage

 

Meski Achor bukan pelopor dari science of happiness, namun Achor dikenal sebagai konsultan bisnis dan pengajar Happiness di Harvard UniversityHappiness adalah mata kuliah yang digemari di Harvard, mengalahkan mata kuliah bisnis. Setelah Martin Seligman, penulis buku “Flourish” yang telah dinobatkan sebagai pionir dari positive psychology, dan Tal Ben~Shahar, penulis buku “Happier”, Achor kemudian melesat sebagai pakar positive psychology yang mengabdikan ilmunya untuk mengeluarkan potensi positif para pekerja di perusahaan-perusahaan besar di seluruh dunia. 

Berapa jam setiap orang berada di lingkungan kerjanya? Setidaknya 8 jam sehari seorang pekerja berada dan berinteraksi dengan orang~orang di lingkungan kerjanya. Lalu berapa jam ia berinteraksi dengan keluarganya? Mungkin hampir sama, yaitu 8 jam sehari atau malah kurang. Itu menunjukkan bahwa lingkungan kerja adalah tempat yang sama penting dengan rumah, karena bisa saling mempengaruhi. Bagi pekerja yang sudah dilengkapi dengan science of happiness, tentu ia akan lebih bisa menikmati lingkungan kerjanya dan rumahnya, bahkan ia bisa lebih menghasilkan kualitas kerja yang maksimal.

 

Positive psychology yang dikembangkan pertama kali oleh Seligman adalah bagaimana meningkatkan kebahagiaan untuk memaksimalkan kualitas hidup. Inilah yang disebutnya sebagai positive psychology yang berbeda dari ilmu psikologi di masa awal sebelumnya yang lebih melihat psikologi sebagai ilmu yang mempelajari apa yang salah atau sakit dalam jiwa manusia. 

Kajian mengenai kebahagiaan ini sekarang diminati di mana~mana di seluruh dunia, bukan hanya diminati oleh mahasiswa Achor di Harvard. Bahkan juga telah diminati oleh banyak pelaku bisnis. Beberapa penelitian menunjukkan, bahwa mereka yang memiliki kebahagiaan akan lebih mudah mengeluarkan seluruh potensi positif di otaknya untuk mencapai kesuksesan di lingkungan kerja. Salesman yang memiliki positivity lebih mampu menjual 56% lebih banyak daripada salesman yang tidak memiliki positivity.

Martin Seligman, dalam kariernya selama 40 tahun sebagai psikolog telah membuatnya tidak bahagia. Menurut Seligman, “Psikologi sering berhubungan dengan gejala~gejala kejiwaan yang sulit membuat saya bahagia, tetapi dengan mempelajari positive psychology saya jauh lebih bahagia dan dapat memberikan kebahagiaan pada orang lain”. 

 

Positive psychology telah menciptakan cara untuk memperoleh positivity yang berguna bagi kita dalam menjalani hidup dan pekerjaan kita sehari~hari. Untuk itu, Seligman telah memelopori program Master of Applied Positive Psychology (MAPP). Sebagian besar peserta program S~2 ini berlatar belakang konsultan bisnis yang ingin memanfaatkan positive psychology untuk memberikan dampak positif pada berbagai perusahaan yang menjadi klien mereka. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline