Lihat ke Halaman Asli

Evaluasi Diri Sendiri Lebih Baik daripada Mengevaluasi Orang Lain

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293614286172803235

Artikel ini muncul karena saya teringat seorang siswa saya yang datang kepada saya dan mengeluhkan tentang sulitnya dia mencari seorang teman. Namanya Iwiy, siswa kelas 7. Seminggu sebelum liburan sekolah, dia datang kepada saya mengeluhkan kenapa dia tidak bisa mendapatkan banyak sahabat di sekolah. “Sahabat saya ada Bu, tapi sahabat ketika aku masih SD. Dan dia sekolah di tempat lain. Jadinya kalau curhat yah jarang, nggak kayak dulu lagi.” “Trus, di sekolah ini, sahabatmu siapa?” tanyaku waktu dia berhenti menyampaikan ceritanya tentang sahabatnya ketika di SD. “Cuma satu orang, Bu. Rara. Kemana-mana, saya sama Rara. Saya bisa cerita tentang masalah saya, cuma sama Rara. Kalau saya sedang sedih, Rara yang ada disamping saya. Yang menyemangati saya ketika saya sedang loyo belajar, ya Rara.” “Bagus kan Wy. Itu namanya kamu sudah menemukan teman yang mampu membuat kamu berkembang menjadi lebih baik.” “Tapi Bu, kenapa cuma Rara? Kenapa aku nggak bisa dapetin banyak sahabat seperti yang ada di TV?” “Film kepompong maksudmu?” Tebak saya sambil menyebutkan satu nama film serial remaja yang sempat booming di salah satu stasiun TV. Saya tahu film itu karena saya suka. Banyak perilaku remaja dalam film itu yang bisa saya jadikan contoh di depan murid-murid saya. Dan Iwiy mengangguk ketika saya menyebutkan nama film itu. “Aku pengen punya banyak sahabat, Bu. Bukan cuma satu, tapi lebih dari satu.” “Kenapa?” Tanya saya singkat tapi saya lihat Iwiy bingung menjawab pertanyaan saya yang mungkin diluar perkiraan dia. Jawaban dia hanya karena ingin saja, tidak ada alasan yang lain. Begitulah remaja. Mulai terfokus pada hubungan timbal balik dengan remaja lain dan mulai pelan-pelan melepaskan diri dari otoritas orang tua (saya pernah menulis tentang hubungan sosial remaja dalam artikel saya yang berjudul Spongebob dan Masalah Sosial Remaja). Dan ketika si remaja tidak bisa menjalin hubungan yang baik dengan remaja lain dengan mempertimbangkan kuantitas pertemanan, maka akan timbul stres dan secara otomatis akan mengganggu aktifitas sehari-harinya. Kembali pada Iwiy. Saya merasa tenang sebenarnya, karena Iwiy sudah memiliki sahabat (meskipun hanya satu sahabat) yang mampu membuat dia menjadi lebih baik karena sahabat Iwiy ini, si Rara, mampu mendorong Iwiy untuk menumbuhkan sifat tanggung jawab terhadap sekolahnya. Tapi melihat ekspresi Iwiy yang menunjukkan kalau dia stres karena jumlah sahabatnya hanya satu, lama-lama saya jadi kasihan juga. Kepada Iwiy, saya tawarkan sebuah cara mudah. Cara yang saya dapatkan dari suami saya ketika saya mulai stres dengan beban kerja. Kata suami saya ketika itu, “Kalau di sekolah ada yang namanya evaluasi diri sekolah, layak pula untuk kamu lakukan evaluasi untuk diri sendiri supaya kamu bisa mengurangi stressor kerja tanpa bantuan orang lain.” [caption id="attachment_82375" align="alignleft" width="239" caption="Mengambil dari http://gurupembaharu.com/home/?p=4388"][/caption] Saya namakan ini sebagai Evaluasi Diri Sendiri (EDS). Mendaftar apa saja kelebihan dan kekurangan yang kita miliki dan mencari cara agar kita bisa terlepas dari kekurangan kita sehingga kita bisa menambah daftar kelebihan kita. EDS ini bisa kita lakukan sesuai dengan kebutuhan kita agar bisa terfokus pada masalah yang sedang kita hadapi. Dan saya tawarkan cara ini kepada Iwiy. Karena Iwiy memiliki masalah dengan ketidakmampuannya menjalin banyak hubungan timbal balik secara positif dengan orang lain, saya fokuskan EDS yang berhubungan dengan kemampuan Iwiy untuk bersosialisasi. Mendaftar kelebihan dan kekurangan yang dimiliki Iwiy yang berhubungan dengan kemampuan bersosialisasinya dan mengembangkan kelebihan serta memperbaiki kekurangannya. Ketika itu Iwiy hanya manggut-manggut tanda mengerti ketika saya buatkan kolom kosong tertulis yang nantinya bisa dia isi untuk mendaftar kelebihan dan kekurangan dia. Saya rasa, cara ini juga bisa kita gunakan untuk kita yang sudah dewasa sekalipun. Menurut saya, lebih baik kita melakukan EDS pada diri kita sendiri daripada harus melakukan evaluasi pada diri orang lain. Teringat perbincangan saya dengan Nathalia melalui japri, lebih baik berkompasiana daripada harus bergosip. _______________________ Baca yang ini juga yah : Aku Hanya Diam Ketika Kalian Memanggilku Autis




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline