Lihat ke Halaman Asli

Misna zain

Misna zain

Ma, Jangan Itu Dosa!

Diperbarui: 29 September 2020   08:28

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sebuah kehidupan yang sangat banyak orang impikan, yah hidup berada dengan segala kemewahan yang berlimpah ruah, hidup berkelas yang tak hanya bertujuan untuk memenuhi kebutuhan semata akan tetapi, gensi juga tak terelakkan yang hinggap pada diri orang-orang yang berada.

Sebuah keluarga kecil yang hidup dengan serba kecukupan bahkan bisa dibilang lebih dari cukup, mereka adalah keluarga konglomerat pengusaha roti tersukses di Indonesia, mereka terdiri dari seorang suami, istri dan dua orang anaknya yaitu satu laki-laki serta satu perempuan, namanya juga keluarga kecil yang begitulah kiranya. 

Pengusaha tersebut bernama pak rudi dan istrinya yang bernama bu astrid permatasari dan anak perempuannya si serli dan anak lelakinya bernama gio, seperti inilah deretan keluarga kecil mereka.

Usaha toko roti pak rudi bisa dibilang sangat laris manis lancar dengan pendapatan omzet yang tiap bulannya mencapai satu miliyar, wah sungguh penghasilan yang fantastis bukan, hasil yang sangat menggiurkan bagi pak rud dan keluarganya, hingga ia tak segan-segan menyekolahkan kedua anaknya di sekolah elit ternama yang biayanya bisa dibilang biayanya bisa bikin garuk-garuk kepala, yah maklumlah orang kaya, mau dihabisin berapapun mereka bisa. 

Pak rudi yang kesehariannya bekerja sebagai pengusaha sebaliknya, istrinya sebagai irt alias ibu rumah tangga dan profesi rentenirnya yang sangat terkenal, ia terbuka dan bersedia untuk meminjamkan uang kepada setiap orang yang membutuhkan dengan beserta bunga pinjaman.

Hari demi hari usaha toko mereka semakin sukses, hingga pak rudi membuka cabang toko roti di setiap kota di Indonesia, hmm sungguh perjuagan yang tidak sia-sia dalam hidupnya yang telah lama bekerja keras sebagai pengusaha.

Bertahun-tahun usahanya melejit akan tetapi usianya yang tak mudah lagi membuay pak rudi perlahan-lahan kehilangan semangat dalam hidupnya, hingga pada suatu hari tiba-tiba pak rudi kena stroke seluruh tubuhnya tidak bisa digerakkan olehnya, anak-anaknya yang tumbuh dewasa mulai merasa khawatir dan prihatin dengan kondisi ayah mereka yang tak berdaya sama sekali, si ibu astrid pun sudah semakin menua tapi, semangatnya masih membara melakukan berbagai bentuk penagihan hutan kepada si peminjam entah itu jika si peminjam tak mampu bayar hutang, maka barang-barang milik mereka jadi sasaran pelunasan mereka kepada ibu astrid.

Ada suatu ketika anak sulung perempuan bu astrid yang bernama serli mengatakan kepada ibunya agar ibunya berhenti dari profesi rentenir, ia berkata "Ma, sudah yah, berhenti saja dari pekerjaan ini, dosa mama, ini dosa besar memakan riba dan juga terlarang di dalam al-qur'an, apa lagi harta kita kan banyak ma, apa mama tidak takut azab", ibunya menanggapinya dengan ekspresi muka merah padam ( marah) tidak terima diceramahi oleh anaknya, dan ia berkata pada anaknya "dasar anak tidak tahu diuntung, gini-gini kan mama kerja untuk kamu, tuh ayahmu udah lumpuh dan tak bisa ngapa-ngapain sekarang, emangnya kamu bisa apa, cuma bisa ngovehin mama doang".

Pasca peristiwa yang kurang mengenakkan di hati serli tersebut, serli hanya bisa menagis pada saat itu meratapi kesedihannya, tanpa sepengetahuan serli ternyata adiknya yang bernama gio turut bersedih, dan kemudian perlahan-lahan mulai menghibur kakaha dengan tingkah lucunya dan ia juga berkata kepada kakaknya agar ia selalu berdoa untuk kesembuhan ayah dan ibunya agar diberi petunjuk oleh sang ilahi kembali ke jalan yang benar. 

Sebenarnya keluarga ini dahulunya hidup dalam kemiskinan dan kesederhanaan, hingga pak rudi punya ide dan berinisiatif menjalankan usaha dari nol secara kecil-kecilan yaitu jualan roti pakai gerobak, yah kehidupan mereka jauh dari kata serba berkecukupan, pak rudi beserta istrinya selalu tak lupa mengajarkan salat kepada kedua anaknya, mereka juga sangat tepat waktu dalam beribadah.

Tapi semenjak mereka diberi rezeki yang berlimpah oleh yang maha kuasa berupa kesuksesan, mereka mulai lupa kepada sang ilahi, pak rudi yang sibuk mengurusi usahanya perlahan-lahan mulai meninggalkan salat, bahkan jarang salat, istrinya pun setiap habis pulang dari menangih hutang sangat lelah dan tidur dan mulai malas mengerjakan salat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline