Lihat ke Halaman Asli

Misbah Murad

"Tidak ada sekolah menulis; yang ada hanyalah orang berbagi pengalaman menulis."- Pepih Nugraha, Manager Kompasiana. chanel you tube misbahuddin moerad

Ayah, Kok Kasar Sih?

Diperbarui: 29 September 2019   06:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Kasar dan Kejam, kata itulah yang pantas aku berikan untuk ayahku, pernah sekali waktu Ibu mencoba membelaku, tapi tidak lebih dari yang aku dapatkan Ibupun akan mendapatkan hal yang sama seperti yang aku rasakan, jadi wajar saja rasanya jika tetangga atau orang yang melihatnya akan menilai ayahku sebagai orang yang memiliki pribadi yang kasar dan tidak berprikemanusiaan.

Kata ibu kepadaku, ayah baru dua tahun ini berperilaku seperti ini kepada kami, sejak ayah di pindahkan tempat kerjanya, dari bagian produksi ke bagian pemasaran. Ayah memang terlahir dari keluarga yang berantakan, dalam usia 7 tahun, kakek dan nenekku sudah berpisah, sehingga ayah dan adiknya harus tinggal bersama kerabat dekat ibunya, sedangkan kakek dan nenekku pergi entah kemana.

Dari sinilah mungkin kepribadian ayahku terbentuk, karena sejak usia 7 tahun itu, ayahku sudah bekerja sepulang sekolah untuk membantu kerabat ibunya yang dia tinggali, agar bisa makan dia dan adiknya yang saat itu berumur 5 tahun.

Kata Ibu di awal perkawinan ibu, tidak ada permasalahan, ayah sangat baik, apalagi saat aku baru dilahirkan kata ibu, ayah sangat menyayangi aku juga sangat menyayangi ibu, itu berlangsung cukup lama, nah sejak satu tahun inilah ayah berprilaku seperti ini, sejak ayah dipindah kerja di bagian ini, padahal kalau dari sisi penghasilan lebih banyak di bagian ini yang ayah dapatkan, tapi entahlah ayah orangnya tertutup, sementara ibu hanya pasrah saja, soalnya kalau ibu mencoba menyarankan sesuatu, ayah akan marah dan akan mencak-mencak, kasihan kalau melihat,ibu banyak diam dan banyak mengalah.

Pernah suatu waktu, aku mencoba agar ayah kembali seperti dulu, waktu itu pembagian rapor di kelas III SMP, aku sengaja menunggu ayah pulang kerja, setelah ayah beristirahat, dan dibuatkan kopi sama ibu, aku mencoba mendekati, aku bilang ke ayah, "ayah.....aku bisa bicara sebentar" aku menunggu reaksi ayah, ayah hanya melihat kearahku sebentar kemudian mata beliau kembali ke koran yang beliau baca "ada apa ?"

"Besok aku bagi rapor, aku ingin ayah yang datang mengambil rapor ku."

"Apa harus ayah, ngak bisa ibu ?" kalau mau ayah harusnya jangan bilang sekarang, jauh hari sebelumnya."

"Ayahkan harus ijin terlebih dahulu."

"Ibu saja yang ambil, ibukan ngak ada yang di kerjakan, hanya di rumah saja."

Bla....bla.....bla......panjang Indonesia Raya dari ayah....

Setelah itu biasanya ayah akan berdiri, dan langsung masuk kamar, seraya terus ngomel dan marah-marah dalam perjalanan menuju kamar.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline