Lihat ke Halaman Asli

Min Adadiyah

nakes ahli gizi, pembelajar manajemen abadi

Ramadhan Bagiku

Diperbarui: 14 April 2023   05:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Ramadhan 1444 H ini bagiku adalah sebuah momentum untuk tenang, istighfar dan mohon ampun. 

Bismillah.., 

Memang kusadari ada banyak sekali kesalahan dan dosa yang kuperbuat. Baik terhadap diri sendiri maupun orang lain. Maka, kali ini aku benar-benar fokus di titik ini. Istighfar, mohon ampun dan tenang. Tenang ini memang harus dibuat. Segala hal yang pernah kutahu bisa mendatangkan ketenangan aku coba gali. Seperti misalnya positive feeling. Merasa positif ini ternyata mendatangkan ketenangan , namun sifatnya kadang sementara. Dia dibutuhkan saat tiba-tiba kita merasa akan kemrungsung. Maka, yang kulakukan adalah buru-buru mengingat apa fokusku. Aku mau tenang, mau pelan-pelan, sebab di sinilah aku merasa mencintai diri sendiri. 

Kenapa harus memaksakan diri untuk mencintai diri sendiri? Sebab aku merasa bahwa selama ini aku sudah berusaha mencintai banyak orang di sekitarku. Dulunya aku pengen mencintai orang seluruh dunia, lalu pelan-pelan kuperkecil skope nya, hingga akhirnya fokus mencintai orang-orang terdekatku dan kemudian mengenai mencintai diri sendiri. Pelan tapi pasti keinginan ingin mencintai orang terdekat dan mensyukuri keberadaan mereka di hidupku benar-benar mendatangkan ketenangan. Tiba-tiba aku menemukan bahwa kesyukuran demi kesyukuran muncul berlimpah ruah. Bukan berarti gak ada masalah sama sekali ya, tapi tiba-tiba saja saat masalah itu datang aku  menjadi lebih mudah memaafkan. Satu hal yang sebelumnya sulit sekali kulakukan. 

Aku pernah menjadi pendendam. Aku pernah menjadi tukang iri. Aku pernah menjadi orang  yaang gak mau kalah. Aku pernah menjadi orang yang paling ingin didengarkan dan seterusnya. Parah ya kan? Astaghfirullahaladziemm...

Maka, ritme hidupku kupelankan. Aku ingat kata-kata dokter yang pernah mendampingiku untuk release dari bipolarku. Beliau mengatakan bahwa, jika sekiranya anda  berhenti melakukan sesuatu sekalipun, anda akan baik-baik saja. Dunia akan baik-baik saja. Anda sudah pernah mengangkat beban 15 kg saat orang lain  hanya angkat beban 3 atau 1 kg. Maka, jika saat ini anda diam saja atau bahkan cuma mengangkat beban 1 kg saja, itu sudah cukup. Alhamdulillah..., 

Pernyataan beliau ini membuatku  belajar tenang juga. Tak harus buru-buru. Menjadi orang yang berlari-lari saat teman-teman masih santai pernah kulakukan, maka kini pelan-pelan saja. Cintai dirimu sendiri. 

Maka, begitu mendekati bulan Ramadhan 1444 H aku mulai berpikir lebih tenang, bertindak lebih tenang. Nikmati proses yang bergulir. Tenang dan tenang. Masyaallah. Rupanya tenang justru bisa menyelesaikan banyak hal.  Satu kata kuncinya ketergantungan sepenuhnya pada Allah SWT saja. Alhamdulillah..., saat tiba-tiba tergoda ingin lari dan buru-buru aku kembali ingat, fokus dulu tenang, istighfar dulu, minta ditenangkan oleh Allah SWT. Alhamdulillah...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline