Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Mazhab Rindu

Diperbarui: 5 Juli 2020   14:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pexels.com

Aku ingin menjadi sutradara
atas sebuah drama
yang dipentaskan oleh pagi buta
ketika embun-embun kecil
merayap di lengan cemara yang masih menggigil
dan sentuhan bibir purnama
masih tersisa pada helai terakhir bunga kamboja

Aku juga mau jadi tukang sapu
yang bertugas membersihkan serasah masa lalu
dan mengumpulkannya di pinggir jalan
agar bisa mendapatkan tumpangan
pada angin yang lewat secara diam-diam
menuju tempatnya dilahirkan di masa silam

Aku adalah perompak
di samudera yang bergemuruh oleh dahsyatnya ombak
pekerjaanku melanun kesepian
di tengah mata badai yang kehabisan pusaran
aku lantas mengumpulkan serpihan ingin
di sepanjang bantaran pantai yang dingin
untuk kupanaskan di tungku matahari
agar esok hari
tak perlu lagi aku menyamun api

Cukup menganyam tempayan
untuk menadah derasnya hujan
yang beromantika pada setiap rintiknya
dalam ruang-ruang lengang
ketika aku kehilangan percakapan
dan tak punya waktu senggang
walau hanya untuk sekedar memilih
pada mazhab apa kerinduan mesti bertasbih

Bogor, 5 Juli 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline