Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Puisi | Ruang Tunggu Waktu

Diperbarui: 22 Februari 2020   23:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://images.pexels.com

Saat kabut menuruni lereng gunung
menuju daratan hutan
yang sedang melepas kepergian matahari
dengan melambaikan kedinginan
dari permukaan dedaunan,
pada suatu petang
ketika suara-suara malam
mulai kehilangan konsonan, 
maka orkestra dibuka 
dengan musik tiada duanya. 

Saat garis pantai meredup 
dan cakrawala memudar 
dengan sendirinya 
tanpa sedikitpun aba-aba, 
datanglah gelombang 
yang mendidihkan buih putih 
mencapai pesisir, lalu menyapa 
para nelayan yang melempar jala 
di bibir lautan, yang tak pernah 
kehabisan cinta. 

Lalu kota memadamkan hatinya
dengan menyalakan lampu
di ruang-ruang tunggu
menemani orang-orang yang hendak berangkat
menemui apa saja
yang bisa menjadikannya jatuh cinta,
maka waktu
telah menjalankan tugasnya
secara paripurna,
sebagaimana ia
mengubah replika bubu
menjadi kupu-kupu.

Bogor, 22 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline