Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Negeri Pusat Pendulum Waktu

Diperbarui: 24 Agustus 2019   20:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Menelusuri kronologi kegelisahan, yang meninggalkan jejak di tanah berupa retakan, juga kali yang lehernya terpenggal, dengan sebagian tubuh tersisa selokan janggal, tanpa air tanpa mata. Pun air mata yang terkuras habis. Menangisi sajak-sajak liris. Ditulis para penyair yang menjerit-jeritkan bait-bait histeris.  

Malam terhuyung-huyung menyangga dirinya. Setelah beberapa lama menenggak aroma kecemasan. Dari iris mata yang memerah, hingga sejumput hati yang dijarah sejarah. Tentang perjalanan abad-abad yang menggila. Saat para tukang sihir dianggap sebagai pembawa bencana, hingga lini masa yang meracuni dunia, dengan propaganda manis dari seringai Kobra.

Percakapan demi percakapan hanya perbincangan tentang kehilangan. Sendratari yang dianggap masa silam, hingga gurindam yang dikira hanya gumaman tak bertuan.

Anak-anak memilih berangan-angan menjadi boneka berjingkrak-jingkrakan. Dari negeri yang kesohor dengan Jeju, sebuah pulau yang terkenal enggan menyembunyikan salju. Walau sesungguhnya Toba lebih menganestesi, juga Yogyakarta yang seringkali membuat para penghuni surga iri.

Berhentilah tidak menjadi diri sendiri! Negeri ini adalah asal muasal mimpi. Dibangun oleh banyak keajaiban, dari rampak tangan tari Saman, hingga puncak kegembiraan tari Yospan. Diselingi dengan berlimpah ruahnya senyuman, para musafir dari tanah Minang, hingga para pemikir dari pesisir selatan.

Jadi kenapa harus meniru? Jika negeri sendiri adalah pusat pendulum waktu.

Bogor, 24 Agustus 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline