Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Menunggang Kuda

Diperbarui: 11 Agustus 2019   13:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: pixabay.com

udara kering bertambal-tambalan
dibawa angin yang gelagapan
menuju perbatasan
antara masa-masa kemarau dan musim hujan

kita berada di sana
memunggungi keduanya
berharap ada musim baru lahir dari rahim semesta
yaitu musim berburu dengan menunggang kuda

pada tali kekangnya kita mengikat simpul waktu
melintasi perbukitan hijau yang di tanah-tanahnya bertumbuhan gaharu
wanginya melintasi penciuman
sehingga terbakarnya tenggorokan mudah terlupakan

pada sanggurdinya kita memijakkan harapan
mencari celah di mana tak berjumpa dengan kekosongan
lalu bertemu dengan kebisuan yang mengaku
telah menyelesaikan semua perkara ragu

pada surainya kita menggiring angin bulan Agustus
menuju horison tak terputus
di sana kita bisa mengistirahatkan keletihan
menikmati sejenak langit biru yang sedang mengadakan pertunjukan

pada ladamnya kita mencengkeram keinginan
di jalan-jalan tanpa penerangan
dengan api nyaris padam
sehingga kisah kita tak cuma sekedar hikayat yang bergumam

kita terus menunggangi kuda
menjaga jarak dengan cakrawala yang membiaskan pupil mata
di belakangnya ada penumpang kegelapan yang tak perlu dicemaskan
sebab kita sepakat untuk enggan dengan berbagai macam kegelisahan

Bogor, 11 Agustus 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline