Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Apocalypse Jiwa

Diperbarui: 25 Februari 2019   20:54

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Di ranjang ini kita bersua
dengan mimpi terbaik yang kita setubuhi bersama
lantas melahirkan harapan demi harapan
yang dewasa begitu cepat hingga kita tidak sadar belum sempat berdandan
menghadiri undangan perjamuan
atas perayaan-perayaan yang bukan kegembiraan
namun berwujud pesta-pesta kematian

Pada jendela yang terbuka ini kita mereguk pagi
dengan kerongkongan sepenuh air di kali saat musim hujan
lalu kemarau mengetuk pintu
datang bertamu untuk mengingatkan bahwa kita masih berhutang
terhadap waktu yang dulu sempat kita adopsi
kemudian kita telantarkan begitu saja
terbuang di jalanan, hanyut di selokan, dan tempat-tempat perjudian
di mana kita mempertaruhkan kebahagiaan
hanya dalam satu babak permainan

Di suatu masa kita telah sadar
sesudah menerima kabar yang beredar
dijatuhkan sayap dan paruh burung Nazar
bahwa mataharipun bisa mati
dan bumi dengan mudah menjelma menjadi zombi
lautan menjadi larutan alkali
dan kita melolong-lolong meminta mati

Tapi Tuhan sengaja tak mendengarkan
supaya kita tahu apa artinya penderitaan
setelah lama menyaksikan
kita sengaja merubah diri menjadi barbarian

25 Februari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline