Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Tuhan Pun sampai Geleng Kepala

Diperbarui: 8 Februari 2019   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pixabay.com

Oase terakhir, baru ditemukan para pengembara gurun, yang lehernya nyaris terputus, karena nafasnya tinggal hitungan turus.

Palung terakhir, baru diselami oleh para pengelana lautan, yang paru-parunya hampir meledak, menahan derasnya arus zaman.

Sungai terakhir, baru saja menjumpai muara. Setelah sekian lama terlunta-lunta. Di perjalanannya yang dipenuhi lara lapa.

Gunung terakhir, baru saja meledakkan dirinya. Memenuhi langit terakhir, dengan kepingan-kepingan batu dan abu. Juga awan panas terakhir, yang menggulung habis-habisan sisa waktu.

Semua telah berakhir. Setelah satu persatu mati atau beku. Akibat manusia yang kepalanya membatu. Namun pandai berpura-pura gagu. Setelah riuh rendah melakukan perbuatan tak patut itu;

meluaskan padang pasir, melenyapkan lautan, memenggal panjang sungai, menggunduli hutan-hutan, dan memangkas pinggang dan punggung gunung.

Manusia terakhir?

Mereka sedang bersimpuh memohon kepada Tuhannya agar menjadikan semua kembali seperti semula.

Pertama, Tuhan menggeleng-gelengkan kepala.

Setelahnya, Dia tegas menggelengkan kepala.

Untuk apa?

Jakarta, 8 Februari 2019




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline