Aku akan mengajarimu. Bagaimana cara menggembala mimpi. Agar kau tak berpusar terus di dalam labirin, tanpa pintu masuk berikut jalan keluarnya. Melemparmu begitu saja. Di tengah-tengah kerumitannya.
Sepertinya kau mudah terjebak. Pada ketidaktahuan. Juga keraguan. Terhadap segala macam urusan yang kau kira adalah kesulitan. Padahal semua mudah jika kau tak banyak menumpang pada khayalan.
Khayalan membawamu ke sungai yang berantakan, setelah mata air berhenti mengalir, dari pohon-pohon yang akarnya terpuntir, di dalam tanah yang berjelaga. Kau berdiri di sana. Mengurai airmata.
Kau lupa bahwa kau cuma berdiri di halaman rumah dengan daun-daun membelasah berserakan dan bunga-bunga layu bermatian di sebelah kolam ikan yang kekeringan.
Khayalan berikutnya mengirimmu ke langit yang menjerit-jerit sakit. Ribuan jarum menancap di birunya yang langsung meneteskan luka. Ribuan jarum yang entah darimana datangnya. Namun sepertinya dari tajam kata-kata para penyuka ratapan duka. Kau melayang di sana. Memintal airmata.
Padahal kau hanya sedang menyendiri di sebuah beranda di mana kau biasa mengenang kembali betapa pahitnya percikan kenangan yang menyusup dari celah-celah atap yang terbuka dan terlalu sering dihujani perkara.
Jakarta, 15 September 2018