Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Ketika Sungai Batanghari Berpusar-pusar

Diperbarui: 15 Mei 2018   18:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi: noosadreamboats.com.au

Dingin.  Menari-nari di antara sunyi.  Di pinggiran kali Batanghari.  Ketika matahari berlutut rendah.  Enggan menampakkan wajah.   Hanya mendermakan cahaya sepenggalah. 

Mungkin sedang berduka lara.  Banyak kematian.  Mulai dari hutan yang bertumbangan.  Sungai keruh kecoklatan.  Hingga nyawa manusia berkali-kali digadaikan.

Sungai Batanghari berpusar-pusar.  Terhenti di sebuah lubuk di sebuah tikungan.  Banyak sampah yang mesti diangkut.  Mulai dari timbunan plastik hingga tumpukan rumput. 

Barangkali masih ada harapan secercah.  Ketika laut menjadi pabrik pengolah.  Sampah yang meruah.  Digiling oleh gelombang pasang.  Diperebutkan ikan-ikan.  Insangnya terjerat plastik.  Menghiasi permukaan laut dengan tubuh-tubuh bersisik.  Mengambang.  Berhenti berenang.

Hidup bisa setragis lembah tigris.  Dulunya savana lalu berubah menjadi padang tundra.  Mempetikan semua yang hidup ke dalam titik beku.  Mengubur semua yang mati menjadi fosil membiru.  Lumpuh dan bisu.

Jambi, 15 Mei 2018 

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline