Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Sirkular Air, Kata dan Pertanyaan

Diperbarui: 23 April 2018   14:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kolam itu airnya bertumpahan.  Membanjiri sebagian halaman. 

Di ruang benak kata-katanya juga berhamburan.  Memenuhi seluruh pikiran.

Kolam dan benak.  Sama-sama beranak-pinak.  Air dan onak.

Hujan tak henti-henti mengambil alih suara pagi.  Dingin menggigilkan separuh hati.  Separuhnya lagi dipanaskan api.  Dari perapian yang nyaris saja mati.  Dimanakah matahari?

Sepasang kupu-kupu lewat dengan cepat.  Berkejaran seolah hari berjalan dengan lambat.  Dan memang lambat.  Tengah hari namun langit rasanya masih baru saja bersemburat.

Angin saling dorong dengan sunyi.  Mana yang lebih dulu terjatuh.  Maka berhak menempati kisi-kisi keramaian.  Di tempat yang dipenuhi dengan pertanyaan;

Siapa yang lebih dulu datang antara senja dan pagi?  Bila pagi, kenapa senja lebih ditunggu orang-orang yang kelelahan.  Bila senja, kenapa hanya saat pagi embun lebih suka dilahirkan.

Apa yang membuat rahim alam begitu kesakitan?  Sementara banyak orang berteriak-teriak tentang perlindungan.  Apakah teriakan itu begitu sumbang sehingga tak didengarkan.  Atau justru karena terlalu merdu sehingga mudah sekali dilupakan.

Sirkular air, kata dan pertanyaan.  Dirangkai setiap harinya.  Oleh hujan, puisi dan jawaban-jawaban.

Bogor, 23 April 2018




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline