Lihat ke Halaman Asli

Mim Yudiarto

TERVERIFIKASI

buruh proletar

Negeri Para Pemberani

Diperbarui: 18 Agustus 2017   07:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Fajar tertatih datang. Sebelah kakinya agak pincang.  Tergelincir saat mengejar kejora yang sama sekali tidak mau bergeser dari tempatnya karena ingin memberikan gemerlap yang agak lebih lama kepada negeri yang telah melahirkan putera sang fajar. 

Negeri yang setengah dicintainya karena setengahnya lagi ternyata mesti dalam bentuk hardikan, bukan cinta.  Hardikan bukan karena benci tapi lebih pada pengingat bahwa dunia sedang bergerak dengan sangat cepat, jangan terlambat, dan jangan sampai tersekat sekat oleh perbedaan yang sengaja ditiupkan oleh para pembenci yang dengki dan sakit hati.

Semburat merah menerobos kecemerlangan warna putih milik kejora.  Dua warna yang seolah berkelahi memperebutkan bumi padahal sesungguhnya sedang saling menguatkan hati sekaligus juga menyatukan mimpi. 

Memberi kekuatan pada negeri ini butuh energi yang hitungannya adalah setengah mati.  Tapi kejora dan fajar sama sama yakin pada negeri ini yang telah dituliskan para laksamana dan jenderal sebagai negeri para pemberani.

Jakarta, 18 Agustus 2017




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline