Lihat ke Halaman Asli

Miftahul Abrori

Menjadi petani di sawah kalimat

Ketika Resolusi Tahun Baru Tak Seindah Kenyataan

Diperbarui: 8 Desember 2019   20:56

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

pngdownload.id

Bisakah kita mengubah jalan hidup yang terkadang sangat kejam tak mengenal belas kasihan?

Atau kita mengingkari takdir dengan terus mencacimaki nasib yang tak kunjung ada peningkatan?

Pilihan terakhir, mampukah kita pasrah, ikhlas, menjalani garis nasib yang telah ditentukan.

Memang benar, dalam ajaran agama disabdakan bahwa Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mereka mengubah diri mereka sendiri.

Jelang pergantian tahun ada beberapa jeda waktu untuk evaluasi diri dan introspeksi. Keinginan untuk mengubah keadaan yang kurang beruntung di sepanjang tahun layak dikoreksi. 

Adakah yang salah? Adakah yang harus diubah? Keinginan itu mewujud dalam resolusi tahun depan. Barangkali ada kemungkinan menantap hari demi hari di tahun baru lebih cerah.

Salahkah resolusi? Ada yang kurang beruntung dalam hal pekerjaan. Ada yang masih gamang menimang masa depan bersama pasangan, atau justru memilih pasangan dan keinginan menikah masih terwujud impian.

Keinginan berganti motor, mobil, atau membeli rumah baru juga sering menjadi harapan yang masih bisa diwujudkan.

Namun, terkadang harapan tak selalu indah seperti yang dibayangkan. Keinginan tak terwujud meski dengan beragam cara dan daya mengupayakan.

Jika Anda mempunyai resolusi di tahun 2019 dan kini tahun keramat itu sudah tinggal hitungan hari, layakkah itu disebut utang?

Setiap utang menuntut pelunasan. Namun, resolusi kadang tak sejalan realisasi. Pelunasan tak terbantahkan meski setelah sekian waktu evaluasi ternyata resolusi tak sesuai kemampuan diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline