Lihat ke Halaman Asli

Michael D. Kabatana

Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Tempat Doa

Diperbarui: 28 Februari 2020   18:18

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

bccatholic.ca

Hari sudah agak senja sewaktu saya pergi ke sebuah tempat doa. Tempat doa itu berada di alam terbuka sehingga mata bisa melihat jelas pemandangan langit yang sedang indah. Matahari baru saja bersembunyi di ufuk barat sedang cahaya kemerah-merahannya memenuhi langit.

Saat itu, saya sedang berdiri di hadapan patung kudus. Tangan kudekap di depan dada sedang mata terpejam rapat. Dalam kepala terjadi lomba lari yang begitu cepat antara satu ujud doa dengan ujud yang lainnya. Kadang ujud tentang cita-cita yang ingin secepatnya dicapai. Sesekali diselingi beberapa keinginan yang diharapkan segera terpenuhi. 

Memang bukan saya saja yang berada di tempat itu. Ada orang lain. Setelah aminku. Sekali kulirik ke samping, jelas kulihat seorang perempuan sedang khusuk berdoa. Ia berdiri tepat tidak jauh di sampingku.

Sempat kudengar bisikan doanya. Dia tidak berdoa mencari kesuksesan. Tidak juga tentang keinginan yang belum tercapai. Bukan sama sekali tentang dirinya. 

Lirih kudengar, ia menyebut nama seorang lelaki. Dari nadanya, sepertinya semua itu keluar dari hatinya yang tulus. Lalu kemudian disusul permohonan agar hubungannya bisa berlangsung langgeng.

Memang kadang Tuhan menunjukkan sesuatu tentang hidup dalam hal sederhana namun luar biasa. Seperti perempuan bersahaja yang mengatup tangan dengan rapat sekali mendoakan kekasihnya. Senja yang indah. Dan barisan doa yang tulus dan sangat menyentuh hati. Semua seperti ajakan nyata untuk selalu bersyukur terhadap hidup.

Palla, 28 Februari 2020




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline