Mohon tunggu...
Michael D. Kabatana
Michael D. Kabatana Mohon Tunggu... Relawan - Bekerja sebagai ASN di Sumba Barat Daya. Peduli kepada budaya Sumba dan Kepercayaan Marapu.

Membacalah seperti kupu-kupu, menulislah seperti lebah. (Sumba Barat Daya).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tempat Doa

28 Februari 2020   18:17 Diperbarui: 28 Februari 2020   18:18 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari sudah agak senja sewaktu saya pergi ke sebuah tempat doa. Tempat doa itu berada di alam terbuka sehingga mata bisa melihat jelas pemandangan langit yang sedang indah. Matahari baru saja bersembunyi di ufuk barat sedang cahaya kemerah-merahannya memenuhi langit.

Saat itu, saya sedang berdiri di hadapan patung kudus. Tangan kudekap di depan dada sedang mata terpejam rapat. Dalam kepala terjadi lomba lari yang begitu cepat antara satu ujud doa dengan ujud yang lainnya. Kadang ujud tentang cita-cita yang ingin secepatnya dicapai. Sesekali diselingi beberapa keinginan yang diharapkan segera terpenuhi. 

Memang bukan saya saja yang berada di tempat itu. Ada orang lain. Setelah aminku. Sekali kulirik ke samping, jelas kulihat seorang perempuan sedang khusuk berdoa. Ia berdiri tepat tidak jauh di sampingku.

Sempat kudengar bisikan doanya. Dia tidak berdoa mencari kesuksesan. Tidak juga tentang keinginan yang belum tercapai. Bukan sama sekali tentang dirinya. 

Lirih kudengar, ia menyebut nama seorang lelaki. Dari nadanya, sepertinya semua itu keluar dari hatinya yang tulus. Lalu kemudian disusul permohonan agar hubungannya bisa berlangsung langgeng.

Memang kadang Tuhan menunjukkan sesuatu tentang hidup dalam hal sederhana namun luar biasa. Seperti perempuan bersahaja yang mengatup tangan dengan rapat sekali mendoakan kekasihnya. Senja yang indah. Dan barisan doa yang tulus dan sangat menyentuh hati. Semua seperti ajakan nyata untuk selalu bersyukur terhadap hidup.

Palla, 28 Februari 2020

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun