Lihat ke Halaman Asli

Metik Marsiya

TERVERIFIKASI

Menembus Batas Ruang dan Waktu

Notonegoro dan Air Tirta Kamandanu, Eyang Banten

Diperbarui: 24 Juni 2015   10:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kenapa negeri ini harus dijaga?"

"Karena dari sinilah awal muasal kehidupan, sangkan paraning dumadi. Di tanah nusantara, dan di tanah Jawa inilah manusia pertama dilahirkan. Titisane Semar. Jika nusantara ini hancur, maka hancurlah kehidupan di bumi."

"Apa istimewanya tanah Jawa, Eyang?" Kali ini aku bersama dengan Eyang Banten, pendamping para leluhur, termasuk pendamping Ki Juru dan Romo Panembahan Senopati.

"Tanah Jawa adalah tanah kehidupan, nyawa dan roh Bumi ada di sini. Di tanah ini terdapat sumur kehidupan, air tirta kamandanu. Siapa yang meminumnya, maka akan abadi selamanya."

Lelaki kurus, kulit sawo matang, legam terbakar matahari. Leluhur dari Banten, penjaga sumur abadi. selembar kain hitam, melilit,  menutupi dari pinggang sampai di atas lutut. Selempang selendang menutupi dadanya, berikat  kepala. Perawakan pas, tidak terlalu kurus seperti Ki Juru, tetapi barisan tulang rusuk dan ototnya terlihat kukuh. Eyang Banten, pendamping penataan kebijaksanaan, dasar keseimbangan. Sederhana dan bersahaja.

"Dan di sini juga pusar bumi, kepundan. Nafas bumi ada di tanah ini. Jika bumi sudah kehilangan nafasnya, maka hilang pulalah kehidupan di muka bumi".

"Bagaimana dengan di daerah yang lain, bukankah di tempat lain juga punya kehidupan yang sama, punya leluhur dan punya cerita sejarah?"

"Semua punya masa lalu, punya latar belakang. Tetapi awal muasal dan latar belakang dari semua cerita ada di tanah ini. Tanah ini adalah jantung, denyut nadi Bumi, denyut kehidupan di dunia.  Leluhur-leluhur yang kau temui sepanjang perjalananmu adalah mereka-mereka yang pernah mendapat tugas sepertimu, menjaga tanah jawa, dan aku adalah pendahulumu".

"Di bawah tanah Jawa terdapat mata air kehidupan. Hanya orang tertentu yang bisa sampai ke sana. Siapapun orang itu akan diberi kemampuan untuk menjadi tabib, raja pengobatan."

"Bagaimana orang mengambil airnya, eyang ? Jika letaknya saja di dasar bumi, di bawah tanah." Nalarku terlalu dangkal untuk menangkap penjelasan eyang.

"Air itu sama halnya dengan air yang dikisahkan dalam legenda Dewa Ruci. Kehidupan yang sesungguhnya.  Sastro Jendra Hayuningrat. Cangkok Wijaya Kusuma. Sama saja.  Jika ada orang yang diijinkan untuk sampai ke sana adalah orang yang  senantiasa melakukan topo ngrame. Laku dengan memberikan pertolongan kepada orang yang membutuhkan, tanpa pamrih, apapun bentuk pertolongannya, iklas. Ringan tangan, hati jembar. Apapun keadaanya, berusaha menolong orang sebisanya. menolong dengan materi, jika tidak punya dengan tenaga, jika tidak ada lagi dengan doa".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline