Lihat ke Halaman Asli

Busana Sembahyang, Pakaian Tanpa Jaritan

Diperbarui: 25 Juni 2015   02:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

134329943460169942

[caption id="attachment_189883" align="aligncenter" width="437" caption="Busana Persembahyangan Vs Busana Keseharian (http://callmefidi.blogspot.com)"][/caption]

Selamat malam Bli..

Mau tanya Bli. Kalau menurut kebiasaan masyarakat Hindu Bali, apakah ada peraturan pemakaian udeng, saput, dan kamben? maksud saya, apakah ada peraturan penggunaan warna, motif, atau jenis tertentu dari ketiga jenis pakaian itu yang dipakai ketika sembahyang, pertemuan dengan masyarakat, atau cuma sekedar dipakai untuk harian?

Taupiq Ciptaprtangga

Jawaban :

Om Swastyastu

A.L. Basham dalam bukunya The Wonder that was India (1992: 212) menyatakan bahwa busana yang dikenakan oleh umat Hindu sejak jaman Veda hingga masa dewasa ini, pada dasarnya tidaklah jauh berbeda. (Titib dalam Made Mariana ,2009 : www.mail-archive.com/hindu-dharma@itb.ac.id/ ).

Pada dasarnya tata busana yang digunakan pada saat berlangsungnya upacara keagamaan, yakni sesuai dengan konsepsi Tri Angga, yang terdiri dari:

a) Busana/pakaian pada Uttama Angga (kepala).

b) Busana/pakaian Madyama Angga (badan), dan

c) Busana/pakaian Kanistama Angga (dari pinggang ke bawah)

Dari ketiga unsur di atas dapat dibedakan antara pria dan wanita. Di samping itu penggunanan warna disesuaikan dengan jenis upacara Yajña yang bersangkutan. Misalnya, pakaian serba putih digunakan saat upacara dewa Yadnya, pakaian serba gelap (hitam) digunakan saat pitra yadanya (upacara kematian, ngaben). Pakaian kuning diperuntukan seorang Brahmacarin (bujang,belum menikah) dan pakaian warna merah diperuntukan bagi seorang Grahastin (sudah menikah).

Busana pada bagian kepala (utama angga) bagi masyarakat umum adalah udeng (destar), udeng (destar) sebagai simbol Om kara (tuhan),ikatan udeng mengelilingi kepala sehingga berbentuk lingkaran dan pada bagian ujung udeng diikatkan dengan ujung menghadap ke atas yang bermakna memusatkan pikiran kepada Hyang Kuasa (memuja tuhan ).aturan memakai udeng berdasarkantradisi jika ke pura berwarna putih, simbol kesucian yang berarti memuja tuhan) sedangkan jika hendak melayat menggunakan udeng hitam yang melambangkan seseorang sedang berkabung.

Pada bagian madyama angga (badan) menggunakan baju sapari, pakaian untuk badan biasanya menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline