Lihat ke Halaman Asli

Maria Yasinta Deme

Master Of Management

"Jejak Dungu"

Diperbarui: 18 Oktober 2020   04:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sedang rembulan hanya mengintai
Seakan malu pada akal yang berseliweran
Di bilik-bilik sidang nan megah
Di sudut-sudut peluh nan kumuh
Segala doa diselimut tudung saji
Seluruh strategi tengik disimpul temali
Keagungan tergenggam pasti
dalam serapah yang terbungkus rapi..

Dan rembulan masih nakal mengintai
Menebar bias menuju singgasana terjal
Tempat bersemedi merapal mantra
Atau meracik narasi paling seksi
Rembulan tetap saja mengintai
Entah mengasingkan gelora nyali
Entah mengulum kisah di teras pupus..??
Atau sedang mengkebiri cahaya tuk dipersembahkan kepada lapuk tanah??

Tapak semakin jauh
Langkah kian gemuruh
Tinggalkan seiris kisah yang dulu teduh
Tanggalkan secarik kasih yang kini lusuh..
Tak usah berlabuh..
Dermaga itu kumuh..
Tak usah menghujam sauh..
Badai kan tiba melawas guruh..

Kerikil tajam menikam
Seiring jejak yang semakin kusam
Gigil rakus merajam
Bekukan naluri yang kian runyam..
Kemana pergi bila langit tak lagi berpelangi..?? Di mana pulang jika laut hanyalah kolam sunyi..??
Biarkan imaji lepas
Layang anak kecil berlari puas
Niscaya keluh lidah menari riang
Tak akan ada lagi anasir sumbang..

Di balik bilah hitam
Ada jiwa yang menghiba
Terkadang meraung saat menggelak
Pabila tertikam dahaga yang membakar..

Berjalan..!!
Tertatih..!!
Berdarah..!!
Jenuh..!!
Kepada pembelai yang melupakan..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline