Lihat ke Halaman Asli

Andayo Ahdar Notes

menulis, membaca satu paket untuk melihat bangsa

Topik

Diperbarui: 23 Oktober 2020   22:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Topiknya apa?, sebuah  pertanyaan sebelum memulai sesuatu yang berhubungan kegiatan diskusi, konten serta menulis. Dari topiklah, kemudian berkembang menjadi materi.

Topik merupakan pokok bahasan yang telah  dipilih dan dipilah untuk dibahas. Intinya semua butuh topik. Tapi apakah memang semuanya harus dimulai dengan topik atau ditopikkan, maaf bukan di covidkan.

Terbentur kepada kebiasaan yang hubungannya dengan menulis, begitu banyak hal yang menarik untuk dituliskan. Kehidupan sehari-hari yang bergulir berteman peristiwa actual kekinian sampai hal yang rutin terjadi, ada saja yang membuat tangan ini mulai ingin bergerilya untuk menulis. Semuanya tersave dalam kumparan ide.

Lalu diantara rekaman peristiwa itu, manakah yang pertama kali di topikkan. Atau tulis saja dulu biar nanti ditampung menunggu ide-ide lainnya. Hmmm. Kenapa harus ada topik?. 

Berpikir, merenung sambil berkolaborasi dengan bahasa tubuh seperti kening berkerut, wajah menerawang serta tawa kecil merupakan hal yang paling sering membersamai dalam menuangkan ide kedalam tulisan.

Itu bila bertemu hal yang unik dan menarik untuk dituliskan namun tidak atau belum bertopik. Tulisan itu tidak langsung jadi namun terkadang disave beberapa lama lalu dilanjutkan sampai untuh menjadi tulisan.

Topik, topik lagi. Teringat dari seorang teman, seorang penulis yang telah banyak menerbitkan buku semasa mahasiswa hingga kini. Sebelum menulis, beliau melakukan riset sosial sebelum memulai menulis dengan memulai dengan mencari masalah. Ya, tentunya masalah sosial yang terjadi di lingkungan sekitar.

Tulisannya mulai dari cerpen, essai,puisi dan beberapa opini dan karya tulis ilmiah. Intinya, "buat masalah dulu lalu mulai menulis". Setuju dengan pendapat tersebut?. Kalau saya pribadi setuju saja , asalkan masalah yang dibuat bukan keributan.hehehe. lalu kembali ke topik. Sungguh jelas beliau menulis menentukan topik terlebih dahulu.

Bagi saya pribadi, letak permasalahannya adalah menulis  terkadang lepas dari topik. Karena menulis merupakan jalan untuk membebaskan diri dari belenggu pikiran dan jiwa. Hingga terjadi distorsi dalam proses tulis menulis.

Meski pada keadaan tertentu topik menjadi hal mutlak harus ditentukan terlebih dahulu. Namun kebanyakan lebih memilih tulis dulu baru topiknya ditentukan belakangan. Seperti halnya bila makan di warung, makan dulu baru bayar. Yang penting bukan pukul dulu baru Tanya. Aduh, jangan sampai demikian.

Hingga beberapa paragraf yang sudah tertulisankan, saya yakin dan percaya pembacanya kelak masih bingung. Dan berguman, "apa maksud dari tulisan ini?. Dimana menariknya". Atau "apa ero'nu (apa maumu") bila yang orang Makassar yang membacanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline