Lihat ke Halaman Asli

melisa emeraldina

TERVERIFIKASI

Menulis untuk Berbagi Pengalaman

Office Boy, Datang Paling Awal Pulang Paling Akhir

Diperbarui: 27 Agustus 2021   08:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi OB di Kantor | Photo by Tima Miroshnichenko from Pexels

Office Boy (OB) adalah salah satu profesi yang sangat penting di setiap kantor.

Bagaimana tidak, mereka datang paling pagi membuka semua ruangan, mempersiapkan ruangan hingga siap digunakan oleh para pegawai, membantu memudahkan kinerja pegawai dengan mengirim berkas, membelikan makanan, menyiapkan ruang rapat, dan pulang paling akhir setelah mebersihkan ruangan.

Di beberapa tempat, OB juga ditugaskan untuk tugas cleaning. Mungkin untuk menekan biaya. Jadi tugasnya juga membersihkan meja, menyapu dan mengepel ruangan, membersihkan kaca dan tugas kebersihan lainnya. Termasuk OB yang ditugaskan di Unit kerjaku.

Dia juga bertugas membersihkan meja dan ruangan, khusus di unit kerjaku. Satu orang OB ini melayani kami yang kurang lebih berjumlah 25-an orang.

Setiap pagi dia membelikan makanan bagi kami-kami yang tidak sempat sarapan di rumah. Kadang-kadang lama, karena permintaan staf macam-macam, apalagi di kantor saya tergolong luas, ada sekitar 6 gedung.

Kadang ada yang minta dibelikan makanan di kantin gedung A, ada yang minta di kantin gedung B ada juga yang minta di PKL di luar kantor, atau menyeberang lagi di PKL kantor sebelah. Pokoknya banyak pilihan tempat makannya.

Itu baru soal sarapan. Belum soal fotokopi, kirim berkas ke gedung sebelah, sebar undangan, makan siang, beli snack rapat dan lain sebagainya.

Kadang kalau OB sedang terlalu banyak permintaan, saya pilih melakukannya sendiri. Baik fotokopi atau mengirim berkas. Saya suka tidak tega, juga biar lebih cepat.

OB yang Sedang Hamil

Ada satu cerita yang tidak akan pernah saya lupakan. OB saya kebetulan perempuan. Dia sedang hamil, dan beberapa hari dia mengeluh kurang enak badan. Saya sering melihatnya berkeringat meski di ruangan full AC. Sesekali dia tidak masuk.

Melihat kondisi ini saya heran dengan staf yang tampaknya tidak peduli dengan kondisi dia yang sedang hamil. Setidaknya kalau cuma fotokopi di ruangan sebelah bisa saja dilakukan sendiri. Tidak sampai 20 meter jaraknya. Atau sekadar menyerahkan berkas ke staf ruangan sebelah. Saya kira hal seperti ini bisa meringankannya.

Saat itu karena tidak tega, jadi saya sering menyebar undangan sendiri. Makan pun pilih turun ke kantin. Atau belinya di tempat yang sama dengan teman yang lain, supaya dia tak harus ke banyak tempat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline