Lihat ke Halaman Asli

Meita Eryanti

TERVERIFIKASI

Penjual buku di IG @bukumee

Masyarakat dan Wabah, Dulu dan Sekarang

Diperbarui: 4 April 2020   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

tampilan buku Wabah di iPusnas (dokumentasi pribadi)

Kurang lebih 100 tahun yang lalu, dunia dirundung duka. Dunia diserang oleh wabah flu. Para ahli percaya bahwa pada kurun waktu 1918-1919, lebih dari 50 juta orang meninggal. Ini belum termasuk orang-orang yang tinggal di daerah padat penduduk di Asia dan Afrika. Flu membunuh banyak orang di setiap benua kecuali Antartika.

Pada masa itu, di banyak kota di Amerika dan Eropa menutup teater, gereja, dan ruang publik lainnya untuk menghentikan penyebaran virus flu. Orang-orang yang bepergian keluar rumah harus menutup hidung dan mulut dengan masker. Namun nyatanya, hal tersebut belum bisa membendung jumlah kematian akibat flu.

Hingga pada suatu hari, setelah 18 bulan penduduk dunia diteror oleh flu, orang berhenti sekarat. Penyakit mematikan itu menghilang hampir secepat penyebarannya tanpa ada yang tahu alasan pastinya. Aku membaca cerita ini di sebuah buku yang diterjemahkan oleh KPG dari National Geographic berjudul Wabah.

Di tahun 2020, sudah lebih dari 2 minggu orang-orang disarankan untuk tidak keluar dari rumah. Pusat-pusat perbelanjaan banyak yang tutup. Pemerintah menghimbau pada warga untuk tidak kumpul-kumpul. Apakah jumlah orang yang dinyatakan positif terinfeksi Covid 19 menurun? Nyatanya tidak.

Jumlah orang yang dinyatakan positif terinfeksi covid 19 setiap harinya semakin bertambah. Demikian juga dengan jumlah orang yang meninggal setelah terinfeksi. Ini jumlah yang berhasil didata oleh pemerintah. Banyak orang yang percaya bahwa yang terinfeksi covid 19, sebenarnya jauh lebih banyak. Aku baca di tempo.co.id, Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat, mengisyaratkan hal tersebut.

Aku yakin tidak ada yang sanggup untuk menunggu 18 bulan sampai pandemi ini benar-benar berakhir. Masyakat dunia saat ini jauh berbeda dengan masyarakat dunia seratus tahun lalu.

Saat ini, ketika masa darurat diperpanjang sampai pada waktu yang tidak ditentukan, orang-orang mulai banyak yang keluar dari rumah. Orang-orang sudah jenuh berdiam diri di rumah.

Sebagian orang mungkin sudah tidak punya tabungan untuk terus berdiam diri di rumah. Masyarakat hari ini bukan hanya bertani, berdagang, dan beternak seperti orang-orang dulu. Walaupun penyelesaian terhadap masalah yang sama belum berubah.

Buku dari serial Selidik National Geographic ini dirilis tahun 2008. Saat itu, dunia sedang bergelut dengan virus H5N1 yang menyerang hewan unggas.

Ilmuwan khawatir pada kemungkinan virus ini menular pada manusia. Ilmuwan di Eropa dan Amerika, dengan tekunnya, bekerja dengan keras supaya manusia lebih siap berhadapan dengan virus bila terjadi wabah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline