Lihat ke Halaman Asli

Anik Meilinda

Penikmat air putih

Alfiatu Rohmah, Santri Pegiat Lintas Iman dan Enterpreneur Muda Menginspirasi

Diperbarui: 20 Februari 2021   00:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Alfiatu Rohmah saat di Madinah April tahun 2018. (Doc. Pribadi)

Waktu merupakan prioritas utama dalam mengelola hidup, karena waktu akan menciptakan perubahan yang berarti dalam kehidupan. Masa lalu adalah masa yang tidak dapat kita atur kembali, tetapi masa depan yang baik bisa kita dapatkan dengan cara kita yang terbaik. Manajemen waktu yang baik akan membawa dampak yang baik untuk kita.

Alfiatu Rohmah, seorang sarjana Tadris Bahasa Inggris IAIN Salatiga, seorang santri dan mahasiswa yang aktif sebagai pegiat lintas iman dan sukses berwirausaha. Penghasilan dan prestasinya berjalan beriringan. Hal itu tentu karena manajemen waktu yang baik.

 "Mengatur waktu itu sangat penting dan aku sudah merasakan hasilnya," ujar Alfi(25), Kamis (2/4/2020). Berhasil atau tidaknya seseorang bisa dilihat dari bagaimana dirinya mengatur dan mengelola waktunya, dengan baik atau berantakan. Karena keberhasilan seseorang bisa tercapai apabila ia pandai mengatur waktu. Hal ini juga diungkapkan dalam sebuah peribahasa "Waktu Bagaikan Pedang," jika engkau tidak menebasnya maka ialah yang akan menebasmu.

Karena pentingnya waktu, Allah berfirman dalam surat Al 'Asr, yang artinya : Demi Waktu. Sesungguhnya manusia dalam keadaan merugi kecuali yang beriman dan beramal shalih serta saling menasehati dalam kebenaran dan kesabaran. (Q. S Al 'Ashr: 1-3). Imam Asy Syafi'i Rahimahullah berkata, "Seandainya setiap manusia merenungkan surat ini, niscaya hal itu akan mencukupi untuk mereka."

Mengatur dan mengelola waktu juga erat kaitannya dengan bagaimana cara kita membagi waktu antara beberapa hal yang kita kerjakan. Mengatur waktu yang baik akan membuat kita menjadi seorang yang produktif di samping segala tuntutan yang sudah ada. Pada permasalahan ini, aku berkesempatan untuk mengetahui rahasia bagaimana Alfi sangat pandai membagi waktunya, antara pendidikan, bisnis, dan organisasi.

"Aku anak pertama, itu yang membuat aku ingin mandiri dan meringankan beban finansial keluarga," jelasnya. Berawal dari alasan ekonomi, Alfi memutuskan untuk merambah dunia usaha ketika ia mulai menginjak kuliah semester 3, karena banyak jam kuliah yang fleksible, ia menggunakan waktunya untuk mengajar di salah satu Taman Kanak-Kanak (TK) di Kota Salatiga dan mengajar les private. Namun, ia menyadari, ternyata mengajar tidak bisa fleksibel karena terikat dengan instansi, di situlah ia mulai berpikir untuk mulai usaha menggunakan uang tabungan yang ia dapatkan selama ia mengajar.

Tidak lepas dari segala kesibukan yang menyita waktunya, Alfi juga aktif di berbagai organisasi dan kegiatan, khususnya kegiatan di pesantren. Wanita yang sempat menjadi ketua organisasi santri ini mengatakan "Bagiku, hidup tanpa target atau proposal hidup bagai berlayar tanpa tahu arah, hanya terombang-ambing tanpa kejelasan 'Hidup ini untuk apa?'," ungkap wanita kelahiran Grobogan itu. Untuk masa depan yang baik, kita memang tidak punya pilihan lain selain mengaturnya dengan baik.

Alfi juga mengungkapkan pengalaman yang ia dapat selama menimba ilmu di Pondok Pesantren Edi Mancoro. "Pengalaman mendapat saudara baru, bisa bertemu saudara beda agama yang sangat tabu bagi pesantren lain. Tapi tidak di Edi Mancoro." Sebagaimana kita ketahui, Almaghfurlah K.H Mahfud Ridwan mendidik santrinya untuk menghargai dan mempelajari perbedaan yang ada, beliau sangat terbuka dengan orang yang berbeda dengan kita sebagai umat muslim, tidak hanya dalam lingkup domestik tapi hubungan dengan orang luar negeri entah itu kulit hitam ataupun putih. Pesantren ini pun kerap menerima tamu dan mengadakan diskusi lintas iman.  

"Beberapa kali ke luar kota mengisi acara training kepesantrenan, menyerukan pesan perdamaian, naik pesawat beberapa maskapai, dan bertemu tokoh besar sudah saya rasakan semua karena Edi Mancoro," terangnya. Kemahsyuran dan kharisma K.H Mahfud Ridwan yang membuat banyak tokoh besar dekat dengan beliau.

Satu hal yang juga berkesan baginya adalah pesantren ini tanpa pagar dan sangat dekat dengan masyarakat. "Apalagi tentang pengalaman ber-muasyaroh dengan masyarakat sekitar. Dimana pesantren tanpa pagar itu sangat membentuk karakterku. Bahkan akhirnya beberapa masyarakat sekitar menjadi keluarga baru bagiku," tambah demisioner Ketua Organisasi Santri Edi Mancoro (OSEM) tahun 2017 ini.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline